Lanjut Lukas Daswanto, rumus Eco Enzyme adalah 1 : 3 : 10.
BACA JUGA:2 Mahasiswa Calon Guru dari Manila Mengajar di SD Sint Carolus Bengkulu
"Bahan pembuatan Eco Enzyme adalah sisa limbah kulit buah, molase dan air dengan rumus 1 : 3 : 10, artinya 1 bagian molase memerlukan 3 bagian kulit buah dan 10 bagian air," urainya.
Setelah membuat Eco Enzyme, peserta didik TK dan SD melanjutkan kegiatan dengan relfeksi dan pengendapan. Memastikan kegiatan ini bermakna bagi peserta didik.
Siswa-siswi SMP dan SMA melanjutkan kegiatan dengan membuat Ecobrick secara bersama.
Ecobrick menjadi salah satu cara mengatasi permasalahan sampah plastik sekali pakai yang terbuang dan tertumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Apa yang dilakukan sekarang ini merupakan bagian dari gerakan KPKC (Keadilan dan Perdamaian Keutuhan Ciptaan). Pembuatan Eco Enzyme dan Ecobrick ini merupakan contoh implementasi dari pembelajaran Pendidikan Karakter Tarakanita (PKT) untuk nilai KPKC.
BACA JUGA:Begini Caranya, SD Sint Carolus Bengkulu Wujudkan Kesadaran Lingkungan, Bersihkan Pantai Panjang
Acara ditutup dengan sesi refleksi yang memberikan ruang bagi peserta didik untuk berbagi pengalaman dan pandangan mereka terkait peran masing-masing dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
Yayasan Tarakanita Wilayah Bengkulu yang terdiri dari
TK, SD, SMP, dan SMA Sint Carolus Bengkulu membuka Penerimaan Peserta Didik Baru untuk tahun ajaran 2024-2025.