Memaknai Arti Kurban

Senin 17-06-2024,00:04 WIB
Reporter : Adam
Editor : Azmaliar Zaros

Sikap seperti inilah yang menunjukkan jati diri  Nabi Ibrahim AS sehingga dianugerahi oleh Allah SWTsebagai imam, sebagai pemimpin, sebagai teladan dan idola buat semua ummat. Kehormatan tersebut tidak mungkin akan dapat diraih oleh Nabi Ibrahim AS tanpa didampingi oleh istri yang salihah dan anak yang saleh, seperti dilukiskan dalam QS. Al-Baqarah (2):  124 yang artinya:

 

“Perhatikanlah ketika Allah SWT menguji Nabi Ibrahim AS, dengan berbagai kalimat perintah dan harapan, maka semuanya dapat diselesaikan dengan sempurna. Maka Allah berfirman: Sesunggunya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia, Ibrahim berkata : dan saya mohon juga buat keturunanku.

Allah berfirman: Janjiku ini tidak mengenai orang-orang yang zalim”

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر وƅ الحمد

Di zaman modern saat ini, tampak jelas dan tidak terbantahkan bahwa logika lingkungan cinta duniawi telah merebak dan mewabah mencemari perilaku hidup dan kehidupan manusia.

 

Dimana manusia dipandang sebagai obyek, bukan sebagai subyek. Kadar dan nilai manusia ditentukan seberapa jauh nilai materi yang dimilikinya. Tinggi rendahnya nilai kehormatan manusia tergantung dari label-label keduniaan yang melekat pada diri manusia itu sendiri. 

Maka wajarlah jika manusia zaman sekarang ini merasa asing bahkan bingung hidup di atas bumi yang melahirkannya. 

 

Oleh karena itu, penyembelihan hewan kurban yang dimulai hari ini sepantasnya membuat kesadaran baru kepada kita untuk memahami akan hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Allah SWT, pada tata aturan yang sempurna dan hukum-hukum adilnya menjelmakan sangsi-sangsi seimbang dalam kekuasaan  Allah SWT yang tidak akan pernah tertipu kepalsuan. 

Namun sayang makna dari kerelaan berqurban masih kurang mendapat perhatian dan penghayatan yang memadai, karena masih banyak di antara yang berperan di bundaran dunia fana ini, cuma menanti pengorbanan orang lain. 

 

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر وƅ الحمد

Ajaran kurban dengan demikian jelas menunjukkan bahwa keberagamaan (religiositas) tidak hanya diejawantahkan dalam sekedar mempraktikkan  kegiatan-kegiatan ritual ibadah belaka. Melainkan beragama adalah juga melaksanakan tindakan-tindakan sosial berupa membangun kesejahteraan umat melalui pengurbanan sebagian kepentingan diri untuk kepentingan bersama yang lebih besar. 

Hal ini tampak  jelas dalam dalam surat Al-Kautsar. Dimana perintah melaksanakan kurban dikaitkan dengan perintah melakukan salat, yang berarti bahwa beragama tidak akan cukup dengan melakukan ritual-ritual peribadatan kepada Allah SWT seperti shalat saja, tetapi haruslah diikuti  dengan kebajikan dan keterlibatan sosial dalam memajukan kemaslahatan masyarakat. 

Kategori :