Di sisi lain, perkembangan teknologi digital di Indonesia membawa harapan baru bagi perempuan untuk keluar dari kesulitan ini.
Teknologi membuka peluang bagi perempuan untuk bekerja dari rumah, seperti melalui pekerjaan jarak jauh atau remote job. Namun, harapan ini juga diiringi dengan tantangan baru: Apakah perempuan Indonesia siap menghadapi era digital ini? Apakah mereka sudah cukup melek teknologi untuk bisa beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat?
Banyak perempuan di Indonesia, terutama di daerah terpencil, masih belum memiliki akses yang memadai terhadap teknologi atau belum memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk memanfaatkannya.
Misalnya, meskipun banyak platform digital yang dapat dimanfaatkan untuk berjualan secara online, tidak semua perempuan memiliki akses yang sama untuk memanfaatkan peluang ini.
Ada perempuan yang berhasil, seperti Rini, seorang ibu rumah tangga dari Bandung yang berhasil membangun bisnis online dari nol dan kini mempekerjakan ibu-ibu lainnya. Namun, kisah Rini masih menjadi pengecualian, bukan norma.
Membangun Masa Depan yang Inklusif
Visi Indonesia Emas 2045 menargetkan peningkatan TPAK perempuan menjadi 65%. Namun, target ini hanya akan menjadi angka di atas kertas jika tidak ada upaya konkret untuk mencapainya.
Pemerintah dan sektor swasta harus berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan ramah perempuan. Langkah pertama yang dapat diambil adalah dengan menyediakan fasilitas penitipan anak di tempat kerja. Fasilitas ini akan memungkinkan perempuan bekerja tanpa harus mengorbankan peran mereka sebagai ibu dan pengurus keluarga.
Selain itu, penegakan peraturan non-diskriminasi di tempat kerja dan penerapan kebijakan equal employment opportunity (EEO) harus menjadi prioritas. Perempuan perlu diberikan kesempatan yang sama untuk berkembang di tempat kerja tanpa harus menghadapi stigma atau diskriminasi yang menghambat karier mereka. Di sinilah pentingnya peran pendidikan dalam menciptakan generasi yang lebih peka terhadap kesetaraan gender. Pendidikan harus lebih menekankan pada kesetaraan gender dan memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk belajar dan berkembang.
Teknologi digital juga bisa menjadi alat yang sangat kuat dalam memberdayakan perempuan, namun hanya jika mereka memiliki akses yang sama dan dilengkapi dengan keterampilan yang dibutuhkan.
Pelatihan keterampilan digital harus menjadi bagian integral dari strategi pemberdayaan perempuan. Pemerintah perlu bekerja sama dengan sektor swasta dan lembaga pendidikan untuk memastikan bahwa perempuan, terutama di daerah terpencil, memiliki akses yang sama terhadap pelatihan ini.
Inspirasi bisa diambil dari puisi Chairil Anwar yang berjudul “Aku”. Dalam puisi ini, terdapat semangat pemberontakan dan tekad yang kuat untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Semangat ini harus dimiliki oleh perempuan Indonesia dalam menghadapi tantangan ke depan.
Mereka harus berani bermimpi, berani melawan ketidakadilan, dan berani menjadi pelopor dalam mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045. Kita harus bersama-sama mencari solusi untuk mengatasi kesenjangan ini.
Jika kita semua bekerja sama, mimpi Indonesia Emas 2045 bukan hanya akan menjadi milik segelintir orang, tetapi milik seluruh rakyat Indonesia, termasuk perempuan. Saatnya perempuan berdiri di garis depan, mengambil peran utama dalam pembangunan bangsa, dan menunjukkan bahwa mereka juga bisa menjadi pilar utama dalam mewujudkan visi besar ini.
Hennigusnia & Ardhian Kurniawati
Peneliti Ahli Muda, Pusat Riset Kependudukan BRIN