Ia juga menegaskan bahwa penggunaan skema berhutang bertentangan dengan prinsip-prinsip religius yang diusung oleh Kota Bengkulu. Sebagai kota yang mengedepankan nilai-nilai agamis, utang dengan bunga atau riba tidak sesuai dengan visi kota yang ingin menjadi "Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur," atau negeri yang baik dengan Tuhan yang Maha Pengampun.
“Kita ingin pembangunan di Bengkulu ini selaras dengan nilai-nilai agama yang kita junjung. Utang berbunga, apalagi dengan riba, bertentangan dengan prinsip tersebut. Oleh karena itu, DISUKA tidak akan menggunakan skema hutang untuk pembangunan,” tegasnya.
Dani Hamdani menutup pernyataannya dengan optimisme bahwa pembangunan Kota Bengkulu ke depan akan berjalan lebih baik di bawah kepemimpinan DISUKA, yang memprioritaskan pembangunan tanpa hutang, memaksimalkan potensi lokal, dan menciptakan suasana yang kondusif bagi investasi. Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mendukung visi dan misi mereka, yang tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik tetapi juga pada pembentukan karakter kota yang lebih religius dan sejahtera.
“Harapan kami, Kota Bengkulu akan menjadi kota yang lebih baik, agamis, dan Insya Allah, kita bisa mewujudkan visi Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur. Ini adalah tujuan kami, dan kami yakin dengan dukungan masyarakat, visi ini dapat tercapai tanpa harus membebani anggaran daerah dengan hutang,” tutup Dani Hamdani.
Dalam situasi politik yang semakin memanas menjelang pemilihan, pasangan DISUKA terus menggalang dukungan masyarakat dengan menawarkan visi pembangunan yang berkelanjutan dan bebas dari beban utang.
Dengan strategi ini, mereka berkomitmen untuk menghadirkan perubahan yang lebih positif bagi Kota Bengkulu, tidak hanya dari sisi ekonomi tetapi juga dari segi moral dan etika.