Wahyu juga mengungkapkan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Bengkulu di tahun 2025, meskipun ada tantangan musiman.
“Ekonomi Bengkulu banyak didominasi oleh konsumsi rumah tangga, yang menjadi faktor utama pertumbuhan. Namun, pada Triwulan III, konsumsi menurun karena minimnya kegiatan ekonomi signifikan, berbeda dengan Triwulan II yang didorong oleh Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan libur sekolah. Harapannya, pada Triwulan IV, Pilkada, HBKN, dan Natal-Tahun Baru (Nataru) akan mendorong konsumsi lebih tinggi,” jelasnya.
Selain itu, Wahyu menyoroti ketergantungan ekonomi Bengkulu terhadap harga komoditas global, seperti batu bara, CPO, kopi, dan teh. Pergerakan harga komoditas dunia memengaruhi pendapatan daerah dan daya beli masyarakat.
Komitmen untuk Ekonomi Bengkulu yang Berkelanjutan
Dengan kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, Bank Indonesia berharap Bengkulu dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang positif, inklusif, dan berkelanjutan.
Sarasehan ini menjadi langkah awal untuk menyusun strategi yang lebih baik dalam menghadapi tantangan ekonomi ke depan.