"Sejak kecil, saya sudah sangat menyukai kaladama. Selain enak untuk dijadikan camilan, ketupatnya juga membuat saya merasa kenyang," ungkapnya.
Baginya, harga yang terjangkau membuat kaladama tetap menjadi pilihan menarik hingga kini.
Cerita serupa juga datang dari Rochman (25), yang saat ini tinggal dan bekerja di Bekasi. Setiap kali pulang ke Cirebon, ia selalu meluangkan waktu untuk mencari kaladama.
"Saya sudah menyukai kaladama sejak kecil. Dulu, saya sering menikmatinya hingga tamat SMA. Ketika kembali ke Cirebon, saya sengaja mencari kaladama," ujar Rochman.
Kaladama menyimpan sejarah yang panjang dan menarik, berangkat dari gerobak sederhana yang dikelola oleh Ujang, seorang pedagang berusia 46 tahun.
Selama lebih dari 15 tahun, Ujang setia menjajakan kaladama dengan berkeliling desa-desa di Cirebon Timur.
Dengan harga Rp5. 000 per porsi, pelanggan dapat menikmati hidangan ini dengan tingkat kepedasan yang bisa disesuaikan dengan selera masing-masing.
"Dibilang tahu gejrot, ya tidak sepenuhnya. Karena di kaladama ini ditambahkan potongan kupat," ujarnya dengan lugas.