“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.”
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Salah satu tantangan umat Islam saat ini adalah menguatnya pemahaman ekstrimisme, radikalisme, dan terorisme.
Agama pada dasarnya tidak mengajarkan kekerasan dan kebengisan, maka pemahaman moderasi dan toleransi dalam beragama haruslah diberikan kepada para pemeluk agama, agar semua umat beragama bisa membuat tameng atau penghalang yang mampu untuk menjaga keutuhan bangsa ini agar semua umat beragama dapat hidup berdampingan dengan aman dan damai.
Perbedaan haruslah disikapi dan diterima sebagai suatu anugerah dari Allah SWT. Keragaman harus dijadikan sebagai ladang dalam beribadah untuk berlomba dalam berbuat kebaikan.
Indonesia adalah negara yang dianugerahi kebhinekaan suku, bangsa, budaya, bahasa, dan agama. Jika kita tidak moderat dalam bersikap, maka perbedaan yang ada akan saling berbenturan, sehingga rawan terjadi konflik dan perpecahan.
Bersikap moderat adalah bersikap santai, biasa-biasa saja ini sebenarnya sudah dicontohkan oleh ulama-ulama terdahulu yang dengan bijak mampu berdakwah dengan menggunakan infrastruktur budaya.
Para ulama menanamkan prinsip yang memadukan agama, budaya, dan bangsa dalam satu tarikan napas. Kita sebagai Umat Islam harus berusaha mewujudkan ajaran mulianya untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, menciptakan kesejahteraan bersama, serta mewujudkan kemaslahatan umat manusia tanpa membedakan agama. Hal ini bisa dimungkinkan jika sikap toleran dan moderat menjadi prinsip utama dalam bermasyarakat.
Rasulullah SAW menyatakan bahwa agama yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah agama yang lurus dan moderat. Suatu ketika Rasulullah SAW ditanya.
( أَىُّ الأَدْين: أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ (رواه البخاري)