radarbengkuluonline.id -- Para pembaca rahimakumullah, tidak terasa hari ini kita sudah memasuki hari Jumat lagi. Untuk itu, redaksi sudah menyiapkan khutbah Jumat untuk pembaca semua. Judulnya, Menyikapi Perbedaan Paham Keagamaan.
Materi ini ditulis oleh Dr.H. Rozian Karnedi, M.Ag. Ia adalah dosen dan Direktur Ma’had al-Jamiah UIN FAS Bengkulu, Ketua Komisi Infokom MUI Provinsi Bengkulu, Wakil Rois Syuriyah Nahdlatul Ulama Provinsi Bengkulu. Rencananya, materi ini akan disampaikan saat menjadi khatib shalat Jumat di Masjid Jami' Babussalam, Jalan P Natadirja KM.8 Kelurahan Jalan Gedang, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu.
Apa saja isi materi khutbahnya, silahkan dibaca langsung tulisannnya dibawah ini. Selamat membaca! Semoga ada manfaatnya bagi kita semua.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Perbedaan merupakan sunnatullah. Allah memang menciptakan manusia berbeda dari segi fisik, warna kulit, perkerjaan, suku, ras, agama, dan amalan. Allah sengaja menciptakan perbedaan untuk menguji manusia siapa yang bisa menyikapi perbedaan tersebut dengan bijak.
Firman Allah yang artinya:“Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (QS Fatir: 28)
Firman Allah yang artinya: “Dan sekiranya Allah menghendaki niscaya Dia jadikan mereka satu umat, tetapi Dia memasukkan orang-orang yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka pelindung dan penolong.” (QS Asy-Syura: 8)
Firman Allah Artinya: “....Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (QS Al-Maidah: 48)
Kalau perbedaan perlu disikapi dengan baik dan bijaksana. Jika perbedaan fisik dan bahasa, maka tentu kita harus saling menghormati dan menghargai. Namun beda halnya jika perbedaan dalam paham kegamaan. Terkait paham keagamaan, maka harus bijaksana menyikapinya secara proporsional.