Banner disway

Menjaga Persatuan Dalam Islam

Menjaga Persatuan Dalam Islam

Ilham Robbyansa-Adam-radarbengkulu

radarbengkuluonline.id -- Para pembaca  rahimakumullah, tidak terasa hari ini kita sudah memasuki hari Jumat  lagi. Untuk itu, redaksi sudah menyiapkan khutbah Jumat untuk pembaca semua. Judulnya, Menjaga Persatuan Dalam Islam.
 

Materi ini ditulis oleh Ustadz Ilham Robbyansa. Rencananya, materi ini akan disampaikan saat menjadi khatib shalat Jumat di Masjid Besar Al-Amin, Jalan RE Martadinata Kelurahan Kandang, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu. 


Apa saja isi materi khutbahnya, silahkan dibaca langsung tulisannnya dibawah ini. Selamat membaca! Semoga ada manfaatnya bagi kita semua.



Hadirin jamaah Shalat Jumat rahimakumullah 
Perbedaan dalam segala ruang lingkup kehidupan manusia merupakan keniscayaan yang telah ditetapkan oleh Allah. Termasuk perbedaan ras, kulit, bangsa, etnik, bahkan agama sekalipun.  Dengan banyaknya perbedaan yang ada, tidak bisa menjadi alasan bagi manusia untuk tidak saling memahami, menimbulkan konflik dan perseteruan.

Justru dengan menciptakan keragaman tersebut, Allah bertujuan agar kita bisa saling mengenal satu sama lain.   Khutbah Jumat kali ini akan membahas pentingnya bagi kita untuk mengedepankan persatuan umat meski di tengah banyaknya perbedaan.



Hadirin jamaah Shalat Jumat rahimakumullah 
Perbedaan dalam berbagai aspek kehidupan manusia itu sudah menjadi ketetapan dari Allah Ta'ala. Termasuk di dalamnya perbedaan golongan, ras, kulit, bangsa, etnik, bahkan agama sekalipun.   


Meski perbedaan itu ada, itu bukan alasan bagi kita untuk tidak saling memahami, atau malah menciptakan konflik dan perseteruan. Justru, dengan adanya keragaman ini, Allah ingin kita saling mengenal satu sama lain. 

 
Allah Ta'ala berfirman dalam surat Al-Hujurat, ayat 13 yang artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.” (Qs. Al-Hujurat:13).


Ayat di atas dengan jelas menegaskan keragaman merupakan keniscayaan yang telah ditetapkan oleh Allah. Penciptaan keragaman tersebut bertujuan agar umat manusia saling mengenal satu sama lain tanpa membeda-bedakan golongan.   

Syekh Nawawi Al-Bantani, dalam tafsirnya Marah Labid (cetakan Darul Kutub Al-Ilmiyah, Beirut) juz 2 hal 440, menjelaskan bahwa makna dari "agar kalian saling mengenal" dalam ayat tersebut adalah agar umat manusia saling mengenal satu sama lain sebagai sesama manusia, tanpa memperdulikan atau membangga-banggakan etnis, suku, atau golongan masing-masing. 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan oleh Allah 
Untuk menanggapi perbedaan yang ada, seyogyanya bagi kita untuk menerapkan 3 sifat yang fundamental. Yaitu tasamuh (toleran), tawasuth (moderat) dan tawazun (seimbang). Dengan menerapkan ketiga sifat tersebut, kita akan dapat menerima perbedaan yang telah digariskan oleh Allah.


Adagium tersebut dapat kita wujudkan dengan sikap penghargaan terhadap siapa saja, sekali pun berbeda dalam banyak hal. Perbedaan suku, misalnya, tidak menghalangi kita untuk tetap menjalin sinergi. Meskipun berbeda suku, jangan sampai menjadi penyebab terputusnya kerja sama. 

  
Hanya perbedaan agama juga tidak boleh dijadikan sebagai alasan, untuk tidak menjalani kehidupan sosial bersama-sama. Apalagi sampai membenci dan mencaci maki atas nama perbedaan itu. Sebab, Allah swt melarang perilaku demikian.

Sebagaimana ditegaskan-Nya dalam Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 108. Artinya: Janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan, (QS. Al-An’am: 108).


Dari ayat tersebut, jelas kita tidak boleh untuk mencaci maki orang lain hanya karena berbeda. Berbeda tidak berarti kita dibolehkan untuk memperlakukan mereka sewenang-wenang. Kita harus tetap menjaga diri pada koridor etika universal.

Lagi pula, perilaku demikian itu kontraproduktif. Pencaci pun tidak mendapat untung, sedangkan yang dicaci justru tersakiti karena ucapan-ucapannya. Menyakiti atau membuat orang lain rugi, tentu tidak dibenarkan di dalam agama. 
  
Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah
Oleh karena itu, kita harus dapat menghargai segala macam perbedaan yang mewarnai kehidupan kita. Keseragaman justru tak nikmat untuk dipandang. Sedangkan pelangi menjadi indah karena berwarna-warni, dan perbedaan umat adalah sebuah rahmat.    

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: