Banner disway

Pejabat Bengkulu Angkat Anak Yatim Sebagai Anak Asuh

Pejabat  Bengkulu Angkat Anak Yatim Sebagai Anak Asuh

Pejabat Bengkulu Angkat Anak Yatim di SMAN 1 Bengkulu Tengah Sebagai Anak Asuh-Windi Junius-Radar Bengkulu

 

Dalam skema GPY, para pejabat Provinsi Bengkulu—mulai dari gubernur, wakil gubernur, kepala dinas, hingga kepala biro—ditugaskan untuk mengasuh anak-anak yatim yang duduk di bangku SMA atau sederajat. Jumlah anak yatim di jenjang ini, menurut Helmi, diperkirakan mencapai 4.000 hingga 5.000 orang. Mereka akan dibagi secara merata ke seluruh pejabat, disesuaikan dengan kapasitas masing-masing.

“Saya pribadi akan mengangkat anak. Begitu juga Pak Wagub dan pejabat lainnya. Ini bukan formalitas. Ini tanggung jawab moral dan sosial kita,” kata Helmi.

BACA JUGA:Launching Koperasi Merah Putih, Provinsi Bengkulu Siap Kawal Gerakan Ekonomi Rakyat

 

Sementara itu, untuk anak-anak yatim di jenjang SMP ke bawah—termasuk balita dan bayi baru lahir—akan menjadi tanggung jawab bupati, wali kota, dan jajaran pejabat pemerintahan tingkat kabupaten/kota.

Data yang dihimpun dari berbagai kabupaten dan kota menunjukkan bahwa jumlah anak yatim di Provinsi Bengkulu mencapai angka yang cukup signifikan. Di Kota Bengkulu sendiri terdapat sekitar 1.200 anak yatim, dan angka serupa juga ditemukan di hampir seluruh kabupaten.

BACA JUGA:Hive Bengkulu Gelar Bakti Sosial di Panti Sosial Tresna Werdha

 

“Secara keseluruhan, kita perkirakan ada sekitar 110 ribu anak yatim di Provinsi Bengkulu. Semuanya akan kita data dan fasilitasi untuk diangkat sebagai anak oleh pejabat pemerintah,” ujar Helmi.

Meski demikian, ia menegaskan bahwa GPY bukanlah kewajiban administratif yang dipaksakan. Program ini tetap bersifat ajakan moral, dan dilandasi kesadaran pribadi tiap pejabat.

BACA JUGA: Studi Lapangan, Pansus DPRD Temukan Dugaan Ketidaktaatan Pajak Perusahaan Tambang Batu Bara

 

“Kalau ada pejabat yang tidak mau, tidak masalah, kita tidak paksa. Tapi yang luar biasa, justru ada staf biasa yang belum jadi pejabat, tapi dengan suka rela ingin ikut mengasuh anak yatim,” ungkapnya dengan nada bangga.

Program ini tidak hanya memberikan bantuan materi, tetapi juga menghadirkan peran figur keluarga bagi anak-anak yatim yang kehilangan sosok orang tua. Para pejabat yang mengangkat mereka sebagai anak diharapkan tidak sekadar memberikan bantuan bulanan, melainkan hadir dalam kehidupan mereka—menjadi tempat bertanya, tempat berlindung, dan menjadi bagian dari keluarga.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: