Ini Cara KAMPALA FP UNIB Selamatkan Gajah

Ini Cara KAMPALA FP UNIB Selamatkan Gajah

RBO, BENGKULU - Setelah sukses mengkampanyekan keselamatan terumbu karang Pulau Tikus dengan metode bioreeftek, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kelompok Aktivitas Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu (KAMPALA FP UNIB) kembali melakukan gebrakan dalam bidang pelestarian lingkungan.

KAMPALA FP UNIB merupakan organisasi mahasiswa yang aktif melakukan gerakan konservasi lingkungan. Sebagai mana moto organisasi ini, "Tumbuh Bukan Untuk Dirusak Biarkan Mekar Harum Semerbak".

Ditahun 2019, organisasi yang berdiri sejak tahun 1983 ini mengagendakan kampanye konservasi Gajah Sumatra. Metode yang dilakukan cukup unik, bukan dengan cara mengangkat toa dan berteriak "selamatkan gajah". Yang dilakukan adalah mengajak siswa-siswi SMA sederajat Mahasiswa dan penggiat lingkungan lain untuk mengenal lebih dekat kehidupan Gajah.

Dijelaskan Sekretaris Umum Kampala, Agus Setiawan. Dalam rangka merayakan 36 Tahun Anniversary KAMPALA FP UNIB, pihaknya menggelar edukasi konservasi Gajah  Sumatra. Kegiatan ini dilaksanakan langsung di Pusat Pelatihan Gajah (PLG) Sebelah Bengkulu Utara.

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 1-3 Maret lalu. Diikuti 42 peserta terdiri dari siswa-siswi SMA, Mahasiswa dan Penggiat Lingkungan dan langsung dipandu oleh Mahot atau pawang gajah.

"Disitu kita diajarkan dan melihat langsung seperti apa kehidupan gajah, merawat gajah. Pelajaran yang kami dapat, Gajah merupakan binatang yang beradab dan beradat, Gajah sangat bisa dekat dengan manusia kalau manusianya mau mendekatkan diri dengan tidak mengusik mereka," bebernya dihubungi Selasa (5/3).

Selain melihat langsung aktifitas Gajah di lapangan, Senin (4/3) Kapala juga menggelar kuliah umum terkait konservasi Gajah Sumatra yang jumlahnya semakin berkurang.

Menurutnya banyak faktor yang menyebabkan jumlah Gajah Sumatra ini terus berkurang, salah satunya adalah menyempitnya wilayah yang seharusnya menjadi hak dari Gajah akibat aktifitas perkebunan dan penambangan yang dilakukan oleh manusia.

Oleh sebab itu, lanjut Agus, titik berat materi pada kuliah umum tersebut adalah pentingnya ditetapkan koridor Gajah Sumatra dalam upaya penyelamatan dari kepunahan.

"Yang mengisi kuliah Bapak Dr. Drs. Rp, MS. Dosen Fakultas MIPA Jurusan Biologi. Beliau cukup berkompeten, beliaulah yang mengusulkan harus ada koridor Gajah ini," ungkap mahasiswa Jurusan Kelautan ini.

Mengapa dua kegiatan ini dilakukan? Dijelaskan Agus, pihaknya menginginkan lebih banyak lagi masyarakat yang sadar kalau ancaman kepunahan gajah itu ditimbulkan dari aktifitas manusia yang serakah. Dengan begitu mayoritas masyarakat akan menganggap koridor Gajah keberadaanya sangat penting.

"Kalau sebagai masyarakat sudah meminta harus ada koridor gajah, pemerintah harus mengaminkan. Kalau yang meminta segelintir orang, pemerintah bisa saja berdalih," ujar Agus.

Menurutnya, koridor gajah ini nanti kepentingannya bukan saja untuk pelestarian gajah semata. Lebih dari itu, ini juga misi penyelamatan manusia dari "kemurkaan alam".

"Jadi begini, adanya koridor gajah ini nanti, alamnya harus disesuaikan dengan habitat gajah. Artinya lahan yang sekarang mungkin sudah menjadi perkebunan sawit atau mungkin tambang akan di jadikan hutan lagi, nah dengan bertambahnya hutan di hulu sungai bisa menyelamatkan manusia dari bencana banjir," beber Agus lagi.

Ia berharap, kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan ini bisa menjadi pupuk untuk menumbuhkan rasa cinta masyarakat khususnya generasi muda terhadap Gajah Sumatra yang merupakan salah satu kekayaan Provinsi Bengkulu.

Ditambahkannya, empat tahun terakhir, KAMPALA FP UNIB fokus pada kegiatan bioreeftek atau pembuatan terumbu karang dari batok kelapa di sekitar perairan Pulau Tikus.

"Tahun lalu, kita bisa mendatangkan langsung penemu dari bioreeftek ini, Eghbert Elven Ampau Peneliti Balai Riset Observasi Laut (BROL). Beliau langsung memberikan kuliah umum mengenai bioreeftek kepada mahasiswa di Bengkulu," demikian Agus. (sam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: