Aroma Khas Ikan Mikih yang Harus Diselamatkan

Aroma Khas Ikan Mikih yang Harus Diselamatkan

AROMA khas Ikan Mikih yang tidak amis, berbeda dengan ikan-ikan lain masih terngiang-ngiang di ingatan Eddy Apriyanto (54), warga Kota Mukomuko yang saat ini menjabat Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Mukomuko. "Kalau sehabis makan gulai ikan Mikih biasanya saya tidak cuci tangan. Karena aroma dari ikan Mikih ini beda, tidak amis, khas sekali," ungkap Eddy kepada RBI.

Bagaimana penuturan lain Eddy mengenai Ikan Mikih yang merupakan ikan khas daerah Mukomuko yang saat ini jumlahnya semakin sedikit. Berikut liputannya.

Seno AM - Mukomuko

Dimasa muda Eddy dulu, masyarakat Mukomuko mudah sekali untuk mendapatkan ikan Mikih. Ikan Mikih terdapat hampir di semua sungai-sungai besar. Seperti Sungai Air Manjunto, Selatan, Air Dikit dan Sungai Bantal. Ikan Mikih sejak dulu menjadi menu makanan favorit masyarakat daerah ini. Meskipun masih mudah didapat, akan tetapi, ikan ini tidak bisa didapat setiap hari. Ini karena siklus hidup ikan Mikih yang juga berbeda dengan ikan lain.

Diungkapkan Eddy, biasanya, dalam satu tahun ada tiga sampai empat kali musim ikan Mikih. Disaat-saat inilah kebahagiaan masyarakat Mukomuko yang selalu dinanti karena bisa menikmati menu makanan "super nikmat".

"Jadi siklus hidup ikan Mikih itu, dewasanya berada di hulu sungai, pada saat akan bertelur ikan ini menuju muara. Saat inilah masyarakat menangkap Ikan Mikih. Ini hanya berlangsung beberapa hari saja. Saat telurnya menetas, ikan ini akan kembali ke hulu sungai," cerita Eddy.

Sayangnya, saat ini, ikan dengan aroma khas ini jumlahnya semakin berkurang. Bahkan dibeberapa sungai sudah jarang dijumpai. Seperti di sungai Selagan dan Air Manjunto. Ikan yang mirip ikan belanak ini masih bisa ditemukan di Sungai Air Dikit, Kecamatan Air Dikit dan Sungai Bantal, Kecamatan Teramang Jaya.

"Tinggal dua sungai. Yakni Sungai Air Dikit dan Bantal menjadi harapan penyelamatan Ikan Mikih ini. Disini masih kerap dijumpai Ikan Mikih, dan harus dilindungi," ujarnya.

Tidak diketahui pasti apa penyebab ikan Mikih ini semakin berkurang. Namun ia menduga, perburuan yang berlebihan dan tidak ada aturan serta perkembangan biakan ikan yang lamban menjadi pemicu semakin berkurangnya ikan endemik Mukomuko ini.

"Mungkin juga, keberadaan Bendungan di Sungai Selagan dan Air Manjunto perpengaruh terhadap perkembangbiakan ikan ini. Karena siklus hidupnya bergerak dari hulu ke hilir dan kembali ke hulu. Dengan adanya Bendungan itu siklus itu terhalang. Tapi itu hanya perkiraan," bebernya.

Misi Penyelamatan

Diungkapkannya, pada tahun ini DKP Kabupaten Mukomuko mendorong gerakan penyelamatan ikan Mikih di daerah ini. Tapi, katanya, gerakan ini harus muncul dari tengah masyarakat.

DKP Mukomuko, tahun ini bakal memfasilitasi, pembentukan kelompok penyelamat ikan Mikih. Sasaran pertama pembentukan kelompok ini adalah masyarakat Kecamatan Air Dikit.

"Terkait wacana ini kita sudah berkomunikasi dengan Pemerintah Kecamatan. Kita sudah berkomitmen untuk hal tersebut," sampai Eddy berbicara sebagai Kadis KP Mukomuko.

Dalam misi penyelamatan ikan Mikih ini, program jangka pendeknya adalah pembentukan kelompok tersebut. Harapannya, dengan terbentuknya kelompok ini, bisa muncul kesepakatan bersama ditengah masyarakat aturan main cara menangkap ikan yang nyaris punah ini. Misalkan, ikan yang boleh ditangkap hanya ikan dewasa, ikan sedang bertelur tidak boleh ditangkap.

"Aturan main ini harus muncul dari kesepakatan masyarakat. Kita mendorong melalui kelompok yang akan dibentuk tahun ini," ujarnya.

Sedangkan program jangka panjang, DKP mencanangkan, akan melakukan pendewasaan anak Ikan Mikih. Kata Eddy, pihaknya sudah mengamati siklus ikan ini. Dalam dua hari telurnya menetas. Anak ikan yang berukuran kecil (sebesar lidi korek api) sudah berenang melawan derasnya arus sungai. Sebelum tiba di habitatnya di hulu sungai, diduga kuat anak ikan Mikih ini menjadi mangsa ikan besar lain. Ini pula yang menjadi lambanya perkembangan biakan ikan ini.

DKP Mukomuko sedang menyusun rencana teknis pembesaran anak ikan Mikih ini. Dicanangkan pada 2020 sudah ada petugas dan tempat pembesaran. Setelah ikatan ikan ini cukup besar, kemudian akan dilepas lagi di sungai.

"Ikan endemik Mukomuko yang memiliki aroma yang khas ini tidak boleh sekadar menjadi catatan sejarah bagi anak cucu kita nanti. Generasi penerus kita berhak menikmati lezatnya ikan Mikih, mencium aroma khasnya yang menempel di tangan. Misi penyelamatan harus dilakukan dan harus didukung semua pihak, semua lapisan masyarakat," demikian Eddy.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: