Maklumat FMP Covid-19, Ajak Pemimpin Bengkulu Bersatu

Maklumat FMP Covid-19, Ajak Pemimpin Bengkulu Bersatu

Efendi MS: Hadapi Musibah Ini Bersama, Ikuti Instruksi Pemerintah

RBO, BENGKULU – Khawatir dengan penyebaran wabah pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) yang sudah masuk Provinsi Bengkulu saat ini, para tokoh masyarakat Bengkulu yang tergabung dalam Forum Masyarakat Peduli (FMP) covid-19 Provinsi Bengkulu mengeluarkan maklumat yang intinya mengajak pemimpin dan seluruh warga masyarakat Bengkulu untuk bersatu padu mengatasi musibah wabah penyakit Corona Virus.

“Jadi kami ada unsur dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yaitu Prof Dr H. Rohimin, kemudian dari masyarakat adat atau BMA saya sendiri, lalu dari akademisi yang diwakili oleh Rektor Unib, Prof Dr H. Ridwan Nurazi, dari perwakilan tokoh kaum perempuan ada Dra Hj. Zumratul Aini pada Hari Sabtu tanggal 4 April 2020 telah merumuskan serta mengeluarkan maklumat yang ditujukan untuk seluruh masyarakat serta para elite pemimpin Provinsi Bengkulu. Yang intinya agar kita bersatu, bersama-sama untuk mengatasi wabah Covid-19,” ungkap salah satu koordinator FMP Covid-19 yang juga Ketua BMA Provinsi Bengkulu, Drs H. Effendi MS saat dihubungi, Minggu (5/4).

Dalam maklumat yang telah mereka sepakati, Ketua BMA yang juga Ketua Stikes TMS itu menjelaskan, pihaknya meminta agar para elite, tokoh pemimpin Bengkulu jangan memanfaatkan situasi wabah Covid-19 ini untuk kepentingan politik.

“Kalau istilah kami itu jangan memancing ikan di air keruh. Yang kita butuhkan untuk menghalau Covid-19 ini kebersamaan, bersatu, bukan malah sok-sok jadi pahlawan dan memanfaatkan keadaan. Sementara kita tahu, banyak kebijakan publik yang dibuat saat ini oleh pemerintah pusat. Bagi para pemimpin Bengkulu mari kita bergandengan tangan seperti pantun yang kami buat, kalau adik sanak ke sungai Bengkulu, jangan lupo berakit bambu. Marolah kito bersatu padu, agar Corona enyah dari Bengkulu. Dan untuk melakukan Lock Down itu, itu sudah diputuskan oleh pemerintah pusat dengan penetapan karantina wilayah atau istilahnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dan kebijakan itu wajib kita taati untuk di daerah. Sebab seperti kondisi di Filipina saat ini. Anak saya sedang disana. Sejak diberlakukan Lock Down beberapa hari lalu, negara tersebut mulai kacau, sudah ada tembakan dari aparat petugas keamanan di Filipina bagi warga masyarakatnya yang keluar dari rumah. Kalau untuk Lock Down ini sudah dikaji oleh pemerintah pusat, dan untuk kita di daerah harusnya paham. Sebab jika lock down ini diterapkan, kita total tidak bisa ke luar rumah, yang boleh di luar hanya aparat petugas keamanan. Sementara warga yang di rumah, biaya hidupnya ditanggung oleh negara. Coba hitung berapa banyak biaya yang akan dikeluarkan nanti. Ini yang menurut kajian kami dari FMP Covid-19 harus kita sama-sama pahami. Dan bagi yang tidak berkompeten, baik soal fatwa MUI, soal kebijakan public, sebaiknya tidak usah memperkeruh suasana. Cukuplah kita patuhi instruksi pemerintah, laksanakan social distancing, phisycal distancing. In sya Allah kalau kita sama-sama patuh, musibah ini bisa diatasi,” papar Effendi.

Selain itu, lanjut Effendi, pihaknya berharap agar semua pihak untuk dapat membuat suasana daerah menjadi kondusif, patuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. “Yakinlah kalau kita bersama-sama pasti bisa. Jangan saling menyalahkan. Mari bahu membahu. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Kesampingkan dulu ego pribadi, dan kepentingan politik, untuk kita bersama basmi Covid-19 dari Bumi Raflesia yang kita cintai ini,” pungkas Effendi. (idn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: