Operasi Pasar Mukomuko Saat Masyarakat Panen Raya

Operasi Pasar Mukomuko Saat Masyarakat Panen Raya

RBO, MUKOMUKO - Saat ini, Pemerintah Kabupaten Mukomuko melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop-UKM) tengah melakukan operasi pasar di 15 kecamatan di daerah ini. Namun sayang, kegiatan itu mendapat kritikan. Sebab dinilai tidak tepat.

Menurut Ketua LSM LP-KPK Mukomuko, Weri Tri Kusuma, SH., MH, tujuan dilakukannya operasi pasar ialah untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok. Jika ada kenaikan harga suatu barang kebutuhan pokok, pemerintah menjual barang tersebut dengan harga murah. Dengan tujuan, harga barang tersebut di pasaran ikut turun.

Namun, sambung Weri, yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Mukomuko, justru sebaliknya. Ada harga kebutuhan pokok yang saat ini sedang murah-murah-nya, seperti beras, malah digencet dengan operasi pasar.

"Beras kan lagi murah. Petani lokal kita sedang panen raya. Harga gabah dan beras sekarang sedang murah, itu saja petani sudah ngeluh. Ini dihajar lagi dengan operasi pasar. Apa harga beras nanti tidak anjlok? Apa tidak mencekik petani kita sendiri namannya itu," kata Weri kemarin.

Kalaulah tujuan operasi pasar itu masih untuk menstabilkan harga barang kebutuhan masyarakat, kata Weri, seharusnya Pemkab Mukomuko bisa menjual barang yang sedang mahal saat ini, dengan harga murah.

"Yang sedang mahal saat ini apa? Bawang yang sekilonya Rp 60 ribu, telur. Ini kok malah beras. Kita juga tidak tahu, beras itu dibeli dari mana. Beras lokal bukan? Dari petani kita," bebernya kesal.

Informasi yang ia terima, dalam kegiatan operasi pasar ini, ada kurang lebih 25 ton beras dijual murah, dibagi dalam 5.000 paket bersama barang lain, gula, tepung, dan minyak goreng. Dalam satu paket, nilainya Rp 92,500. Namun masyarakat hanya membayar Rp 45.000, selebihnya Rp 47.500 disubsidi Pemkab Mukomuko.

"Kalau ditotal, anggaran untuk operasi pasar ini mencapai Rp 237,5 juta, itu baru untuk subsidi barang. Bukannya kita tidak suka dengan kegiatan operasi pasar ini, namun kami menilai, tujuannya tidak tercapai untuk mengendalikan harga barang. Belum lagi dampak lainnya kepada petani. Niat baik, kalau tidak dilakukan dengan baik pula, jangan marah kalau dikritik," pungkasnya.

Kadis Perindagkop-UKM Mukomuko, Herlian, S.Sos ketika dikonfirmasi berdalih, kegiatan operasi pasar ini untuk mengatasi dampak Covid-19. Ia meyakini, walaupun sudah banyak berbagai bentuk bantuan sosial (Bansos) dari pemerintah untuk warga yang terdampak Covid-19, akan tetapi masih banyak juga warga yang belum tersentuh.

"Dampak dari Covid-19 ini berdampak ke seluruh masyarakat. Banyak bantuan sosial dari pusat maupun daerah, namun belum semua masyarakat yang terbantu. melalui program operasi pasar murah bersubsidi ini, kita berusaha agar masyarakat yang terdampak Corona ini bisa mendapat sembako murah," jelas Herlian.

Katanya, warga yang bisa mendapat paket sembako murah ini adalah warga yang kurang mampu yang belum menerima Bansos. Seperti PKH, BLT, BST, dan bentuk Bansos pemerintah lainnya. Datanya, diperoleh dari Kecamatan.

"Sebelum digelar operasi pasar ini, kita sudah surati pihak kecamatan meminta data calon warga yang bisa mendapat sembako murah ini," ujarnya.

Diuraikan Herlian, memang benar, Pemkab Mukomuko mensubsidi sebesar Rp 47.500 per paket sembako. "Beras 5 kilo harganya Rp 50 ribu, disubsidi Rp 25 ribu, gula Rp 18 ribu, di subsidi Rp 10 ribu, tepung Rp 11 ribu disubsidi Rp 5.000, dan minyak goreng Rp 13.500 disubsidi Rp 7.500. jadi masyarakat cukup bayar Rp 45 ribu, dapat paket sembako seharga Rp 92.500, selebihnya disubsidi Pemda," demikian Herlian. (sam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: