Hikmah COVID-19, Sekolah Indonesia Den Haag Menerima Kue Tart dari Walikota Wassenaar

Hikmah COVID-19, Sekolah  Indonesia Den Haag Menerima  Kue Tart dari Walikota Wassenaar

WASSENAAR, 04 Juni 2020 – Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH) adalah salah satu sekolah di Belanda yang melakukan pembelajaran dari rumah ketika pemerintah Belanda mengumumkan ‘intelligente lockdown’ terhadap sekolah-sekolah di negeri tersebut sejak 15 Maret 2020. Kebijakan yang mirip meskipun tidak sama dengan PSBB itu diambil pemerintah Mark Rutte untuk mencegah meluasnya penularan COVID-19. Kebijakan pembatasan di sektor pendidikan sudah mulai dilonggarkan. Per 11 Maret 2020, pemerintah Belanda sudah membolehkan TK dan SD dibuka secara reguler kembali. Sedangkan untuk sekolah menengah sudah dimulai 2 Juni 2020 lalu dengan memperhatikan protokol kesehatan antara lain menjaga jarak minimal 1,5 meter, jadwal ke sekolah bergantian, kombinasi antara pembelajaran reguler dan online dari rumah, bagi warga sekolah yang memperlihatkan gejala COVID-19 diminta tetap dirumah, dan berkonsultansi secara virtual dengan dokter keluarga (huisarts) yang akan dirujuk pada dinas kesehatan kota (Gemeentelijke Gezondheidsdienst) tempat domisili sesuai tingkat gejala. Di Wassenaar terdapat 2 sekolah menengah lokal yaitu Rijnlands Lyceum Wassenaar di mana siswa juga dapat memilih program berkurikulum internasional, S. Adelbert College Lyceum Wassenaar, satu sekolah menengah internasional, American School of The Hague (ASH), dan SIDH. Dengan dibukanya kembali persekolahan, pemerintah daerah Kotapraja Wassenaar memberikan kue tart kepada manajemen dan para guru sekolah-sekolah menengah yang ada di Wassenaar. Gagasan tersebut adalah bentuk penghargaan bagi sekolah menengah di Wassenaar yang telah melaksanakan kebijakan pemerintah terkait lockdown sekolah dan tetap memberikan layanan kependidikan kepada para siswa meskipun secara virtual. Motivasi lainnya, barangkali adalah sebagai bentuk dukungan pemerintah daerah kepada dunia usaha lokal yang dalam hal ini bisnis kue dan bakery di Wassenaar. Selama pembatasan COVID-19 secara nasional pemerintah Belanda mendorong semua pihak untuk memberikan dukungan kepada dunia usaha di daerah masing-masing sebagai insentif memulai usahanya kembali begitu intelligente lockdown dibuka. Kue tart untuk SIDH diterima pada hari Rabu, 3 Juni 2020 oleh Wakil Kepala SIDH, Gunar Yadi, M.A. mewakili Plt. Ka. SIDH, Bapak Din Wahid, Ph.D, dan para guru. Kue tart untuk sekolah dilampiri sepucuk surat dari Kotapraja Wasssenaar yang ditandatangani oleh Walikota dan Kepala Dinas yang menangani bidang pendidikan, Bapak Leendert de Lange dan Ibu Lia de Ridder atas nama DPRD (Gemeenteraad) dan Lembaga Eksekutif Pemda Wassenaar. Atas cenderamata yang spontan ini, Keluarga Besar SIDH menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi yang tulus kepada Kotapraja Wassenaar. Harapannya, hubungan dan komunikasi yang telah terjalin semoga semakin erat ke depannya. Sekilas SIDH

SIDH berlokasi di kawasan hijau Kota Wassenaar di Zuid-Holland. Kawasan ini termasuk salah satu wilayah elit di Belanda. Kediaman resmi Raja Willem-Alexander dan keluarganya berada di daerah ini. Selain itu, Jonkheer Alidius Tjarda van Starkenborgh Stachouwer, mantan Gubernur Jenderal terakhir Hindia Belanda adalah warga asli Wassenaar. SIDH yang berdiri resmi tanggal 17 Agustus 1965 ini memberikan pelayanan pendidikan bagi anak-anak Indonesia di Belanda dan Eropa atau negara-negara sekitarnya, baik yang tinggal permanen maupun yang tanggal sementara mengikuti dinas orangtua di luar negeri. Sejak 2011 SIDH menerima status sebagai sekolah asing (buitenlandse school) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Sains Belanda. Untuk memenuhi syarat sebagai sekolah asing tersebut, SIDH memilih Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar resmi meskipun dalam praktiknya Bahasa Indonesia tetap digunakan. Sebagian buku pegangan siswa dan guru dwibahasa. Muatan lokalnya Bahasa Belanda, plus mata pelajaran bahasa asing wajib Bahasa Prancis dengan bahasa asing pilihan Bahasa Arab atau Bahasa Jerman. Sekolah ini tidak besar, luas gedungnya hanya sekitar 800 M2 meskipun berhalaman luas, jumlah siswanya terbatas. Dari data per Maret 2020 siswa regulernya hanya 40 anak dari jenjang SD, SMP dan SMA. Ditambah dengan peserta sidik program jarak jauh, jumlah total siswa SIDH tidak lebih dari 175 orang. Meskipun demikian, mereka yang pernah bersekolah atau lulus dari SIDH cukup berhasil dalam kehidupan selanjutnya, antara lain Ibu Rini Mariani Soemarno, mantan Menteri BUMN, Bapak Achmad Baiquni, mantan Dirut BNI, Ibu Dewi Sastaviyana Panduwinata, seorang diva musik pop Indonesia, Dubes Teuku Mohammad Hamzah Thayeb, diplomat senior, dan masih banyak lagi. Lulusan SMA SIDH melanjutkan pendidikan mereka ke berbagai perguruan tinggi ternama di Tanah Air. Lulusan yang memilih kuliah di di luar negeri antara lain melanjutkan pendidikannya ke Erasmus Universiteit Rotterdam, University of Groningen, Universiteit Leiden, berbagai sekolah tinggi di Belanda dan Belgia, KU Leuven, South China University of Technology, dan University of London. Dengan segala keterbatasan, SIDH telah melaksanakan peran dan fungsinya dengan lumayan berhasil. Salah satu penopang keberhasilan tersebut adalah dukungan penuh Perwakilan Republik Indonesia di Den Haag yang saat ini dipimpin Bapak Dubes I Gusti Agung Wesaka Puja, serta Anggaran, fasilitas dan payungan lintas sektoral antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. (Penulis adalah Gunar Yadi, alumni SMPN 1 Mukomuko tahun 1988, Alumni IKIP Padang 1996, kini Wakil Kepala Sekolah di Belanda, putra asli Bengkulu kelahiran Mukomuko).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: