Himakim Unib Olah Kulit Buah Kopi Menjadi Pupuk Organik

Himakim Unib Olah Kulit Buah Kopi Menjadi Pupuk Organik

Dapat Hibah Rp 25 Juta dari Kemendikbud RI

RBO, BENGKULU - Himpunan Mahasiswa Kimia (Himakim) Universitas Bengkulu (Unib) mengolah kulit buah kopi menjadi pupuk organik sebagai alternatif supaya tidak ketergantungan dengan pupuk anorganik komersial dalam upaya membuka lapangan kerja tambahan di masyarakat Desa Air Pikat, Kecamatan Bermani Ulu. Apalagi, Bengkulu merupakan provinsi yang terdiri dari 10 kabupaten. Khususnya Kabupaten Rejang Lebong yang merupakan komoditas penghasil kopi dan the yang sudah tersebar ke dalam 15 kecamatan. Salah satunya Kecamatan Bermani Ulu. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) Kecamatan Barmani Ulu memiliki luas 9.876 Ha dan terbagi menjadi 12 desa.

Diantaranya, Desa Air Pikat yang merupakan salah satu sentra penghasil kopi. Kopi yang dihasilkan hanya diambil bijinya. Sedangkan kulit buah kopi dibuang begitu saja pada area penggilingan kopi, sehingga terjadi penumpukan dan menjadi limbah. Seperti pada kelompok tani Desa Air Pikat yang terdiri atas 15 orang petani saja, setiap tahunnya akan menghasilkan 30 ton biji kopi dengan luas area kopi mereka adalah 15 hektar. Dan setiap hektar dapat menghasilkan 6 ton kulit buah kopi. Sehingga setiap tahunnya kulit buah kopi yang dihasilkan adalah 60 ton. Banyaknya kulit buah kopi yang tersedia, sebenarnya menggambarkan bahwa ada bagian dari komoditi kopi yang berpeluang untuk dimanfaatkan secara maksimal untuk mengurangi ketergantungan pupuk anorganik, dan untuk membantu perekonomian masyarakat pada musim paceklik.

"Kenapa kami ingin mengolah kulit buah kopi menjadi pupuk organik? Supaya pemanfaatan limbah kulit buah kopi mampu mengurangi pengeluaran masyarakat dalam membeli pupuk anorganik komersial. Selain itu, letak tumpukan kulit buah kopi yang dekat dengan pemukiman warga, bisa menguntungkan untuk pemanfaatan kreativitas dari penelitian dan pengembangan yang sudah dilakukan. Dengan memberdayakan masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan pada musim paceklik, maka peluang dari sentra pembuatan pupuk organik ini sangat berpotensi untuk mensejahterakan dan menciptakan lapangan kerja tambahan lain pasca panen bagi masyarakat desa Air Pikat, Kecamatan Bermani Ulu Kabupaten Rejang Lebong," ujar Ketua Pengusul Himakim, Annisa Purti Hanifa kepada radarbengkuluonline.com, kemarin.

Untuk itu, pihaknya bersama anggota yang lain bertujuan dengan mengolah limbah kulit buah kopi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Selain itu, memperoleh pupuk alternatif dengan mengganti pupuk anorganik menjadi pupuk organik dari limbah kulit buah kopi. Menggunakan alat dan bahan tambahan alternatif dalam pengolahan menggunakan alat dan bahan tambahan alternatif, dalam pengolahan limbah kulit buah kopi. Limbah kulit buah kopi bisa terciptanya lapangan kerja tambahan pasca panen bagi masyarakat Desa Air pikat.

"Alhamdulillah, indikator keberhasilan yang kami dapatkan, bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang pengolahan kulit buah kopi yang belum dimanfaatkan menjadi pupuk kompos (organik) sebagai alternatif pupuk anorganik komersial. Masyarakat juga mampu menerapkan metode yang telah diperkenalkan secara mandiri, setelah kegiatan ini berakhir. Terciptanya lapangan kerja tambahan saat pra dan pasca panen. Terjalinnya hubungan yang baik antara mahasiswa Unib dengan masyarakat Desa Air Pikat, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong, baik dalam hal sosial maupun ekonomi dan edukasi. Terbentuknya sentra pembuatan pupuk kompos dari kulit buah kopi di Desa Air Pikat, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong. Masyarakat dapat melanjutkan pembuatan pupuk kompos oleh segenap pihak yang berperan," paparnya.

Dijelaskannya, dari penyusunan program pupuk kompos dari dedak kopi, pertama, persiapan dan sosialisasi ke masyarakat, bagaimana cara pembuatan pupuk kompok, pencetakan, uji coba terhadap tanaman palawija lalu, pemasaran dan publlikasi, pembuatan tim managemen organisasi masyarakat. Cara pembuatanya jika masyarakat ingin mencoba di rumah masing-masing, siapkan sebanyak sepuluh karung dedak diletakkan di atas dua terpal ukuran sedang gunanya untuk pengeringan kulit buah kopi yang basah. Setelah itu, kering kulit buah kopi dimasukkan ke dalam mesin penggilingan atau pencacah yang berguna untuk menghaluskan ukuran kulit buah kopi, bersamaan waktu juga diisikan pupuk kandang yang harus dicampurkan secara merata serta disiram dengan komposer dan juga air. Dekomposer yang digunakan adalah larutan EM4. Larutan EM4 ini dapat dibeli di toko pertanian. Larutan EM4 ini berisi mikroorganisme fermentasi. Jumlah mikroorganisme fermentasi didalam EM4 sangat banyak. Yaitu sekitar 80 genus. Dari sekian banyak mikroorganisme ada empat golongan pokok yang menjadi komponen utama. Yaitu bakteri Fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomyces sp dan Ragi.

"Selanjutnya, semua bahan tersebut dibuat berlapis-lapis dan diberi air sampai mencapai keseimbangan (KA) 40% . Setelah proses berlangsung, suhu dalam terpal naik hingga kurang lebih 50ยบ Celcius. Tapi setelah itu suhu akan turun lagi. Setiap 2 minggu sekali, bahan tersebut dibalik dan jika keadaan dedak terlalu kering, maka dilakukan penyiraman. Tanda pupuk kompos dapat dicetak adalah ketika dikepal, pupuk kompos tidak pecah lagi," jelasnya.

Dia juga berterima kasih kepada seluruh anggota yang menyukseskan program tersebut. Yaitu Suci Aldila Dinanti, M. Sandi Prama Yandra, Ersa Agusti Nengsih, Ana Meinawati, Muhammad Iqbal Hp, Nelvita Febrianti, Malia Dwi Purti, Devianri. M, Ezi Saputra. Dan juga berterima kasih pada dosen pendamping, Dr. Sal Prima Yudha, M.Si, terus memberikan arahan dan bimbingannya. (ach)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: