Chairil:Tidak Ada Dualisme Kepengurusan Demokrat
DPD dan DPC Sepakat Pro AHY
RBO >>> BENGKULU >>> Meskipun saat ini kondisi Partai Demokrat Agus Harimurty Yudhoyono (AHY) dengan rombongan Moeldoko memanas sehubungan dengan melaksanakan KLB atas nama Partai Demokrat, Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi Bengkulu memastikan tidak akan ada dualisme kepengurusan partai ditingkat daerah setelah pelaksanaan kongres luar biasa (KLB) di Sumatera Utara yang dianggap inkonstitusional.
Sekretaris DPD Partai Demokrat Provinsi Bengkulu, Ir Chairil Guswendy mengatakan, seluruh jajaran kepengurusan partai di Bengkulu, mulai dari tingkat ranting, DPC hingga DPD akan tetap loyal dan patuh terhadap ketua umum partai yang sah, yakni Agus Harimurti Yudhoyono.
Dia memastikan seluruh jajaran kepengurusan partai akan solid menghadang jika ada pihak-pihak tertentu yang ingin membentuk kepengurusan tandingan berdasarkan hasil KLB.
"Prinsipnya kami menunggu instruksi dari DPP. Kita lihat dulu apakah mereka (kubu Moeldoko) akan diberikan SK oleh Kemenkumham atau tidak. Tetapi yang jelas tidak ada dualisme di Bengkulu dan semua tegak lurus kepada ketum AHY," ungkap Chairil Guswendy saat dihubungi radarbengkuluonline.com Minggu (7/3).
Chairil juga mengutuk pelaksanaan KLB di Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara pada Jumat (5/3) lalu dan menganggap pelaksanaan KLB itu merupakan pengkhianatan terhadap perjuangan demokrasi di Indonesia.
Chairil juga memastikan tidak ada pengurus teras tingkat DPC dan DPD Partai Demokrat Bengkulu yang hadir menjadi peserta dalam KLB tersebut.
"Kalaupun ada yang mengklaim suara Bengkulu dalam KLB itu jelas itu bukan keputusan kami pengurus daerah. Bisa saja itu orang luar yang mengaku-ngaku pengurus Bengkulu," kutuknya.
Chairil meminta seluruh anggota DPRD Provinsi Bengkulu dari Fraksi Partai Demokrat, baik ditingkat provinsi maupun kabupaten dan kota tetap bekerja seperti biasa dan tidak terpengaruh dengan isu dualisme kepemimpinan.
Sementara itu, Ketua DPC Partai Demokrat Kota Bengkulu, Suhartono SH menyebut Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko tidak tahu malu karena menerima jabatan Ketua Umum DPP Partai Demokrat versi kongres luar biasa (KLB) di Sumatera Utara. Sebagai pihak eksternal partai dan orang pemerintahan seharusnya Moeldoko menolak jabatan yang diperoleh dari proses politik yang inkonstitusional tersebut.
"Yang jelas aneh, kok bisa terjadi dan tidak masuk akal. Apa yang dia (Moeldoko) lakukan itu memalukan. Padahal menurut kami pak Moeldoko itu bukan kalangan bawah lagi, tapi kok berbuat seperti itu," tutupnya.
Sementara itu dari Ketua DPC Partai Demokrat Kota Bengkulu itu juga meminta pemerintah bersikap objektif dan jernih melihat persoalan ini tanpa terpengaruh intervensi dari pihak lain yang menginginkan Partai Demokrat terpecah dengan tidak mengeluarkan SK serta tidak mengakui hasil KLB Sumut. "Sebaiknya pemerintah dapat bersikap objektif dalam melihat persoalan ini," kata pria yang akrab disapa Tono Kambing tersebut. (idn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: