Ini Dia Dampak dari Belajar Daring

Ini Dia Dampak dari Belajar Daring

RBO >>>  BENGKULU >>>  Guru Besar Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB), Prof. Dr. Syanurdin, M.Pd mengatakan, selama 1 tahun siswa belajar daring (online) akibat pandemi Covid-19, dampak yang dirasa oleh negara akan terasa dimasa yang akan datang. Sebab, menghasilkan generasi penerus bangsa yang rusak, tidak bermoral dan sebagainya.

"Anak zaman kini, mana mau kalau menggunakan HP 'jadul' yang hanya bisa telepon dan SMS saja, pasti mereka ingin punya HP Android. Oleh karena itu, efek samping dari penggunaan HP Android ini, minat membaca mereka tinggi, tapi kemampuan membacanya rendah. Tampaknya setelah diteliti, minat baca tinggi itu, membaca isi di dalam HP Android itu, seperti membaca Sosial Media, WA, FB, IG, berita di google dan lainnya, kemampuan seperti itu siswa sangat suka, tapi kemampuan akademik sangat rendah. Sebab, tidak biasa lagi dikarenakan belajar daring," ujar Prof. Syanurdin kepada radarbengkuluonline.com, Selasa (16/3).

Maka dari itu, jarang sekali ada siswa yang datang ke perpustakaan untuk membaca buku. Sebab, sudah terkalahkan oleh membaca hal yang bersifat non akademik, yang berkaitan dengan kekerasan, ponografi. Itu kan dampaknya sangat luar biasa. Karena sudah dikasih senjata HP Android tadi.

"Lalu persoalannya bagaimana mengatasi itu semua. Ya, peran orangtua. Jadi, anak harus dikontrol sesekali ketika membuka HP. Jangan dilepaskan begitu saja. Sebab, nampak anak yang gelagatnya tidak baik kalau membuka sesuatu yang tak senonoh di HP. Refleknya berbeda jika anak yang tersebut tidak membuka hal yang negatif. Sesekali orangtua pinjam HP anak itu, cek apa saja yang dibuka oleh anak di HPnya tersebut," terangnya.

Lemahnya belajar daring ini, jiwa psikologis anak juga ikut melemah. Sebab, kasih sayang guru dengan murid juga ikut berjarak. Tidak seperti belajar tatap muka. Diibaratkan nafas guru dengan anak tersebut. Maka dari itu, hasil pendidikan dari daring ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan dengan belajar tatap muka.

"Begitu pandemi Covid-19 benar-benar berakhir, seluruh pemangku kebijakan dari segi pendidikan harus bekerja keras, mengejar ketertinggalan yang selama ini. Identitas anak sebagai pelajar itu hilang. Sebab, memakan waktu yang panjang. Apalagi, yang mengalami ini bukan hanya Indonesia saja, tapi hampir seluruh dunia merasakan pandemi Covid-19, merosotnya kualitas pendidikan," tutupnya. (ach)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: