Game Higgs Domino Akan Hancurkan Masa Depan Bangsa
radarbengkuluonline.com - BENGKULU - Permainan game online, termasuk higgs domino turut menjadi perhatian pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota. Sebab, game ini membuat kecanduan dari siswa, dan hal inilah yang akan ditindaklanjuti agar tidak makin parah tingkat kecanduannya. Kepala Dikbud Kota, Sehmi juga menindaklanjuti hal ini sesuai dengan SE Walikota Nomor: 003.1/245/Kesbangpol/2021 tentang imbauan tidak bermain game online.
Menurut Sehmi, untuk higgs domino itu, ada unsur-unsur yang menimbulkan kecanduan dari siswa. Kadang-kadang sampai ke orangtua. Kalau diperhatikan ini hampir disetiap sudut-sudut yang bermain HP. Anak-anak itu pasti main higgs domino. "Seperti yang kita tau, domino sendiri ini bermain secara ‘dominasi.’ Siapa yang banyak mendominasi, dialah yang menjadi pemenangnya. Tetapi, karena kita bermainnya melawan mesin, teori peluangnya tentu saja mesin. Kalau mesin menang, lantas siapa yang bandar? Tentu saja yang memiliki aplikasi tersebut. Hal inilah yang membuat kecanduan," ujar Sehmi kepada radarbengkuluonline.com, Kamis (11/11).
Bahkan anak-anak, kata Sehmi, sekarang semakin candu, sampai-sampai memperjualbelikan chip. Saat ini game higgs domino bukan hanya sebagai hiburan saja. Tapi juga bagaimana mendapatkan chip. Kalau chip itu diperjuangkan, tentu pemain tidak akan menang karena lawannya mesin. Sedangkan, mesin hitungannya sudah digit sekali, sedangkan kita tidak. "Oleh karena itu, jawabannya ialah pemain akan kalah karena melawan mesin," ungkapnya.
Sehmi pun mengaku miris dengan anak-anak sekarang yang sudah kecanduan game online, sampai-sampai mempengaruhi kegiatan belajar mereka.
Jangan sampai anak-anak terjebak dalam permainan itu, menjadi candu bermain setiap hari hingga mata mereka merah, jarinya keriting. Bahkan kuota yang seharusnya mereka pergunakan untuk belajar malah habis untuk itu. Padahal kuota yang disediakan oleh pemerintah itu memang dimaksudkan untuk membantu mereka belajar, makanya sempat dibatasi. Akan tetapi karena pandemi covid, alternatif itu yang didahulukan menggunakan Smartphone.
Terkait kecanduan ini, Sehmi mengatakan, kalau mereka di sekolah bisa saja diawasi, tetapi kalau di rumah mungkin susah. Karena jangkauannya terbatas. "Kita tidak bisa ngelihat, karena anak-anak ini kadang-kadang mainnya di rumah. Ya kan kalau ngontrol ini di rumah ga mungkin dinas pendidikan patroli,” terangnya.
Dan sampai saat ini, pihaknya belum ada peringatan keras untuk para siswa, tetapi peran orangtua juga diperlukan. Walaupun ada yang melanggar tidak mungkin dilakukan sanksi, ini juga harus diperingatkan keras oleh orangtua. Karena orangtua harus sadar apa yang dimainkan anak-anaknya. Kalau memang teknologi itu akan membahayakan, maka tidak penting itu teknologi. "Hadirnya teknologi itu kan, untuk memudahkan suatu kegiatan, untuk lebih bermanfaat,” tuturnya.
Sehmi pun juga meminta peran orangtua lebih aktif membimbing anaknya, jangan sampai anaknya terjerumus kecanduan game online dan memberikan dampak negatif.
"Kalau anak-anak kita ini kan belum mengerti. Belum mengerti dalam artian dia perlu bimbingan, dia belum dewasa, dan belum memahami hal itu. Disinilah peran orangtua harus lebih ditingkatkan. Maka dari itu ketegasan kita bagaimana untuk mendidik dan mengawasi anak-anak generasi masa depan kita ini untuk lebih baik dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan." (ach)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: