Catatan Dahlan Iskan: Protokol Omicron
radarbengkuluonline.com - Apakah arti kata Omicron –yang dipakai nama varian terbaru Covid-19? Anda pun sudah tahu: Omicron diambil dari bahasa Yunani. WHO memang mengambil bahasa Yunani untuk memberi nama semua varian Covid-19. Arti kata Omicron adalah: o kecil. Sedang apa bahasa Yunaninya O besar tanyalah Busser NKRI.
Kebetulan WHO lagi mencari nama baru. Yakni untuk varian terbaru Covid-19 yang ditemukan di Afrika Selatan: varian B.1.1.259. Varian ini merupakan temuan ke-15. Yang 14 sebelumnya, Anda sudah tahu. Setidaknya yang paling terkenal selama ini: varian Delta. Karena varian terbaru ini merupakan temuan ke-15, berarti jatuh di huruf o. Maka dicarilah kata di bahasa Yunani yang awalannya o. Yang sudah terkenal tentu Omega. Tapi virus ini kan kecil sekali. Maka ketemulah kata Omicron tadi. Agar tidak sama dengan Omega.
Nah, kebetulan lagi sudah ada benda lain yang diberi nama Omicron. Yakni bintang ke-15 di jajaran kelompok perbintangan tertentu di angkasa sana. Bintang ke-15 itu, dalam ilmu astronomi, juga disebut Omicron. Mengapa o kecil ini diberitakan begitu besar –melebihi pemberitaan Delta? Sampai Disway pun bikin Breaking Disway? Jelas: itu karena varian Omicron-lah yang paling besar lingkup mutasinya: 30 mutasi. Sedang di varian Delta –yang terbanyak sebelum Omicron– hanya 12. Bahkan varian lain ada yang hanya 3.
Rasanya Anda sudah tahu: varian baru ini menakutkan. Penyebarannya bisa 6 kali lebih hebat dari varian Delta. Tidak ada yang tidak cemas menghadapinya. Ups… ada. Bahkan ada yang senang: ini dia –pedagang PCR dan antigen. Di antara yang cemas-cemas itu ada juga yang biasa-biasa saja. Ia adalah drh Indro Cahyono, peneliti virus dari Bandung itu. Yang terkenal dengan resep ”protokol rakyat”-nya. (Disway 19 Juli 2021).
Dia (Drh Indro-red) mengirimi saya video baru. Kelihatannya baru saja dibuat. Yang membuat istrinya sendiri. Senin pagi kemarin. Isinya menyenangkan. Dan menenangkan: jangan panik. “Varian Omicron ini hanya terjadi di RBG. Bukan di induk virus Covidnya,” ujar Indro.
Dikatakannya, RBG adalah yang seperti kepala paku yang menancap divirus bulat itu. Bagian yang seperti ”batang paku”-nya sendiri, sampai ke RBG itu disebut protein S. Menurut Indro, biar pun terjadi sampai 30 mutasi, semuanya masih di ”kepala paku” itu. Kenapa kita tidak harus panik? “Tingkat kematian Covid-19 itu sekitar 2 persen. Berarti 98 persen yang terkena Covid akan sembuh,” katanya. “Sepanjang namanya masih Covid-19 berarti tingkat kesembuhannya ya 98 persen. Biar pun tidak ikut vaksinasi,” katanya. “Apalagi kalau sudah divaksin dan vaksinnya benar.”
Setelah melihat video drh Indro ini kita seperti ikut berayun. Video itu memang dibuat ketika ia lagi mengemudikan mobil. Hanya wajah samping yang terlihat. Itu karena yang memegang kamera berada di kursi sebelahnya. “Itu istri saya. Dia selalu mengawal ke mana pun saya pergi,” tambahnya. Mereka sudah pacaran sejak masih sama-sama mahasiswa fakultas kedokteran hewan di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Semula, drh Indro tidak memperhatikan munculnya berita varian baru dari Afrika Selatan itu: yang sepanjang masih disebut varian tidak akan melebihi 2 persen itu. “Kalau sudah melebihi 2-3 persen sudah harus disebut bukan Covid-19 lagi,” katanya. SARS dulu mengakibatkan kematian sampai 8 persen. MERS sampai 40 persen. Dua-duanya tidak sampai mewabah di Indonesia. Dunia sudah sepakat, yang meninggal akibat Covid-19 sekitar 2 persen. Ia tahu ada varian baru. Tapi, di matanya, tidak baru.
Hanya saja, kian hari, kata Indro, pembicaraan mengenai varian Omicron kian seru. Ia pun kembali masuk ke laboratorium. Juga mempelajari bahan-bahan yang ada. Akhirnya ia ambil keputusan. “Saya harus membuat video baru. Masyarakat tidak boleh panik,” ujar Indro yang lama menjadi peneliti virus di Universitas Adelaide Australia itu.
Kebetulan Senin pagi kemarin ia harus ke Jakarta. Mengisi seminar. Di perjalanan itulah timbul ide untuk membuat video. Tapi di jalan yang menurun dari Bandung ia ingin konsentrasi dengan kemudi. Terlalu banyak berita kecelakaan di area itu. Yang melibatkan penyanyi sampai pengusaha. Terakhir: Direktur Indomaret itu. Yang mobilnya ringsek tertindih kontainer yang roboh. Maka begitu mobilnya sampai di jalan tol layang Cikarang-Cawang, mulailah video itu dibuat.
Saya sendiri sudah berkali-kali lewat jalan layang itu, tapi sama dengan drh Indro: lupa nama jalan itu. Padahal setiap memasukinya selalu terbaca nama jalan itu: ada kata pangeran, ada kata bin, tapi bukan kata Salman di buntutnya. Saya tidak bisa menebak jenis mobil apa yang dikendarai peneliti virus yang terkenal ini. “Jangan disebut. Saya malu. Ini mobil kaleng,” katanya.
Saya pun mengajukan beberapa tebakan: mobil sejuta umat –Avanza? Bukan. Xenia? Bukan. Calya? Ia tidak menolak. Padahal, kalau saja ia mau bekerja di bisnis PCR, mobilnya sudah bisa ganti berganti. Benarkah varian terbaru Omicron bisa menembus kekebalan orang yang sudah vaksinasi?
“Tergantung pakai vaksin apa. Kalau vaksinnya bukan dari virus utuh yang dilemahkan tentu saja bisa,” katanya. Itulah sebabnya Amerika, Inggris, Eropa, dan Afrika Selatan lebih waspada. “Mereka menggunakan vaksin bukan dari virus utuh yang dilemahkan,” katanya. Dengan demikian kalau mutasinya terjadi di luar bagian virus yang dijadikan vaksin, tentu belum tercover oleh vaksinasi.
Sinovac, yang awalnya diejek-ejek kini berenang-renang ke tepian. Apakah protokol rakyat yang ia luncurkan masih relevan untuk varian Omicron? “Sepanjang varian itu masuknya lewat hidung dan mulut tetap relevan,” katanya.
Sudah lebih dua bulan saya tidak mencuci hidung dan mulut dengan garam –pakai protokol rakyatnya drh Indro. Tapi saya masih menyimpan sisa garam krosok, botol untuk mencampur air dengan garam dan botol kecapnya. (Sumeks.co)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: