Ini Dia Orang Bengkulu Yang Tersangkut Namanya di Jalan (25)

Ini Dia Orang Bengkulu Yang Tersangkut Namanya di Jalan (25)

radarbengkuluonline.com - Kota Bengkulu ini banyak sekali  nama jalannya . Pembaca sudah tahu lah itu. Ada jalan yang bersangkutan dengan nama burung, nama buah, nama sungai, nama pulau. Ada juga nama bunga, nama pohon, bahkan nama orang. Soal nama orang ini,  juga banyak. Bahkan, ada juga nama orang Bengkulu yang tersangkut dinama jalan itu. Ini harus diketahui orang Bengkulu. Termasuk pelajar, mahasiswa, guru, dosen. Bila perlu, guru, kepala sekolah, dosen, rektor menyebarkan informasi ini ke grup WA mereka masing-masing agar semuanya tahu. Siapa saja namanya ya? Mau tahu! Silakan baca laporan wartawan radarbengkuluonline.com yang sudah lulus Uji Kompetisi Wartawan (UKW)   di bawah ini.

AZMALIAR ZAROS - Kota  Bengkulu

Burniat, Pantang Menyerah dengan Bangsa Penjajah

Jalan Burniat, rasanya Anda juga sudah tahu itu. Jalan ini terletak di dalam wilayah Kelurahan Kebun Keling, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu. Siapakah dia ini?

Menurut tokoh masyarakat Bengkulu, Rasyid Ibrahim (73), Burniat itu adalah salah seorang pemimpin Bengkulu tempo dulu. Dia adalah orang yang gagah berani. Ia amat cinta tanah air. Termasuk Kota Bengkulu yang menjadi tempat kelahirannya. Setelah Bengkulu dijajah Inggris dan kekuasaan berpindah ke tangan Belanda berdasarkan tractaat London tahun 1825, lanjutnya, keadaan warga sangat menyedihkan. Karena, Belanda juga lebih kejam dengan rakyat. Bahkan dengan raja -raja yang ada di daerah Bengkulu dianggap mereka tidak ada sama sekali. ''Zaman Inggris, kekuasaan raja hanya dikurangi saja kewenangannya. Sedangkan zaman Belanda, kekuasaan raja dihapuskan sama sekali,'' ujar Rasyid Ibrahim saat dihubungi radarbengkuluonline.com di rumahnya di Rawa Makmur kemarin. SILAHKAN BACA: Ini Kata Bupati Mukomuko Soal Calon Plt Sekda

Ini terasa mulai tahun tahun 1861. Pada tahun 1861, Pangeran Muhamad Syah II dari Kerajaan Sungai Lemau dihentikan. Tahun 1862, kekuasaan Pangeran Bangsa Negara dari Sungai Hitam juga demikian. Akibat kekuasaan raja dihapuskan,lanjutnya, maka Burniat berang. Ia tidak senang dengan pola-pola yang diterapkan Belanda itu. Lalu dia atur strategi bersama rakyat waktu itu.Pada tahun 1873 dimulailah pemberontakan terhadap penjajahan Belanda itu.

Dalam peristiwa itu menurut MZ Ranni dalam bukunya yang berjudul Perlawanan terhadap penjajahan dan perjuangan menegakkan kemerdekaan Indonesia di Bengkulu yang diterbitkan Balai Pustaka tahun 1990, Asisten Residen Hummer mati terbunuh. Kemudian disusul pula pembunuhan terhadap asisten residen H.C Van Amstel dan Controlier Lais, Casten pada tanggal 2 September 1873 sewaktu mereka sedang menyebrangi Sungai Bintunan yang mengalir ke laut sebelah utara Kota Lais menuju Mukomuko. BACA DULU: Hijazi – Dadang TMS, Mantan Wagub Terpilih Jadi Ketua KONI Bengkulu

Dalam laporan singkat tanggal 29 September 1873 mengenai keadaan di daerah Asisten Residen Bengkulu selama bulan September 1873, Asisten Residen Laging Tobias mengatakan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda antara lain, pada tanggal 2 September 1873, Asisten Residen Bengkulu, H.Van Amstel serta kontrolir kelas 2 pada pemerintahan Dalam Negeri di daerah ini, C.C.W. Casten telah dibunuh secara keji di Bintunan, afdeling Lais oleh kurang lebih tiga puluh orang pasirah dan dan proatin. Mengenai pembunuhan keji tersebut serta akibatnya berupa huru hara yang meletus di beberapa afdeling Bengkulu telah dibuat laporan khusus kepada pemerintahan dan pelapor mempersilahkan untuk menelaah isinya dari surat tersebut.

Walaupun berita mengenai tindakan pembunuhan itu serta langkah-langkah tindakan yang diberikan sebagai akibatnya, dengan bantuan dari kekuatan ketentaraan yang dikirim dari Batavia dan dari Padang, juga gejolak yang ditimbulkannya dalam masyarakat wilayah afdeling Seluma yang berbatasan dengan ibukota Bengkulu, keadaan keamanan dan ketertiban dalam afdeling tersebut tidak terganggu. Demikian pula halnya dengan wilayah afdeling Manna, Pasemah, Ulu Manna, Kaur dan Krui. BACA JUGA: MUI Perkuat Kerjasama Antar Ulama, Umara dan Masyarakat

Sebagai kelanjutan itu semua, maka mulai tanggal 9 September 1873 berkecamuklah pertempuran -pertempuran hampir di seluruh wilayah Bengkulu. Seperti Seluma, Bintunan, Seblat, Ketahun. Termasuk juga halnya di Kota Bengkulu.

Dalam menghadapi kenyataan itu, Belanda berusaha mengerahkan seluruh kekuatan yang ada padanya. Tetapi perlawanan rakyat tidak dapat dikatakan ringan. Pada awalnya agak berat juga Belanda menghadapinya. Apalagi disaat itu pecah pula perang Aceh (1873-1903). Akhirnya perang antara rakyat Bengkulu dengan Belanda dapat diselesaikan pada tahun 1878. PERLU DIBACA:  Derta Rohidin Masuk Bacaleg DPR RI

Karena jasa Burniat yang begitu besar terhadap bangsa dan negara, kata Rasyid Ibrahim, maka namanya diusulkan untuk menjadi salah satu nama jalan di Kota Bengkulu.Usulan itu pun direspon pemerintah waktu itu. lalu, nama jalan itu dibuat di Kelurahan Kebun Keling. Yaitu, mulai dari jalan di depan Tugu Thomas Farr depan Pasar Baru Koto menuju ke arah Jalan Siti Khadijah Kebun Roos. Kalau kita ke kanan sampai ke arah Kantor Bank Indonesia Bengkulu. Kalau kita belok ke kiri, maka sampailah kita di Benteng Fort Marlborough.(bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: