Inilah Kisahnya Penjual Rujak Masa Kekinian
radarbengkuluonline.com, BENGKULU – Pandemi covid-19 nampaknya belum ada habis-habisnya. Banyak pengusaha mikro-makro, pedagang-pedagang kecil, dan masyarakat terkena dampaknya. Hal inilah yang dirasakan oleh Mangcek (65), seorang penjual rujak buah di sekitar Simpang Lima Ratu Samban Kota Bengkulu. Tepatnya di Jalan S. Parman, Kelurahan Kebun Kenanga, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu.
Mangcek, sudah berjualan rujak buah selama kurang lebih 21 Tahun. 21 Tahun tentunya bukan waktu yang sebentar. Ia mengatakan bisa bertahan berjualan rujak sampai saat ini karena penghasilannya yang lumayan dibandingkan pekerjaan sebelumnya sebagai seorang kuli bangunan.
“Sudah lama. Mulai dari Tahun 2.000. Kuli bangunan dulu tidak tentu pekerjaannya. Kadang ada, kadang tidak. Kalau gak ada, nganggur jadinya. Alhamdulillah kalau jualan rujak buah, hasilnya lumayan juga,” ujar Mangcek saat dihubungi radarbengkuluonline.com Sabtu (22/01/2022). BACA JUGA: Ibu Ini Kuliahkan Anaknya Hasil dari Tempat Ini
Mangcek mengatakan, selama pandemic covid-19 penghasilannya setiap harinya menurun dibandingkan sebelum pandemic. Namun, ia masih bersyukur masih bisa berjualan rujak buah buatannya sampai saat ini. “Selama covid-19 ini, sepi. Perharinya kurang dari 100 ribu. Dulu, sebelum pandemic perharinya bisa dapat Rp 350.000.”
Ia biasa berjualan dari jam 10 pagi – 12 siang. Ia menjajakan rujak buatannya dengan buah-buahan yang segar. Seperti buah mangga, mentimun, nanas, pepaya, jambu air, kedondong, bengkuang. Ia meracik sendiri kuah rujaknya dengan bahan utamanya kacang goreng yang tentunya sangat enak. “Saya pakek buah-buahan segar. Kalau tidak habis, biasanya lansung dibuang. Lebih baik rugi dari pada pelanggan lari.”
Bapak yang memiliki dua anak perempuan, anak pertamanya sudah bekerja dan anak keduanya masih sekolah itu berjualan rujak demi membiayi anak keduanya yang masih sekolah di SMK dan membayar kontrakan tempat tinggalnya. Ia mengaku, uang SPP anaknya sudah menunggak selama 6 bulan karena ia belum ada uang untuk membayarnya. BACA JUGA: Dispora BS Ukur Lokasi Stadion Mini
“Uang SPP anak saya itu Rp 200.000 sebulan. Sudah nunggak 6 bulan juga. Totalnya 1.200.000 belum dibayar. Dan juga rumah masih ngontrak. Itulah yang membuat saya pusing. Namun saya berharap anak yang kedua ini juga bisa jadi orang yang sukses.”
Menurut bapak yang nekat jual rujak ini pernah nekat berjualan di musim penghujan dimana tidak ada orang- orang yang berjualan saat itu. Namun dengan percaya diri kepada Yang Maha Kuasa jualannya habis pada saat itu. “Pernah dulu hujan-hujan jualan. Cuman saya yang nekat jualan disini. Padahal biasanya kalau musim panas disini banyak yang berjualan. Tapi, Alhamdulillah jualan habis. Itu rezeki dari Allah.”(Mg-4)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: