Riri: Jika Curah Hujan Tinggi, Bunga Kopi Banyak Gugur, Petani Merugi

Riri: Jika Curah Hujan Tinggi, Bunga Kopi Banyak Gugur, Petani Merugi

radarbengkuluonline.com, BENGKULU - Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI) menilai bahwa masalah perubahan iklim bukan hanya masalah biasa. Berbagai dampak buruk telah dialami oleh daerah-daerah tertentu sementara langkah strategis dan mendasar untuk mengendalikan perubahan iklim ini belum terasa. Anggota DPD RI Hj Riri Damayanti John Latief S.Psi, MM menuturkan, di Bengkulu, tepatnya di Kabupaten Kepahiang, perubahan iklim telah membuat petani kopi yang merupakan anggota Serikat Petani Indonesia (SPI) menderita kerugian akibat perubahan iklim ekstrim tersebut. BACA JUGA: Produktivitas Kopi Kepahiang dan Rejang Lebong Menurun? "Kebetulan saya beberapa bulan terakhir banyak beraktifitas di Kepahiang dan saya merasa sangat prihatin dengan banyak petani yang panen kopi jauh dari jumlah panen biasanya. Hujan terlalu sering turun yang membuat banyak bunga kopi berguguran dan petani menjadi rugi," ungkap Riri Damayanti kepada jurnalis, (Minggu/23/1/2022). Wakil Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Komite Pemuda Nasional Indonesia (DPP KNPI) ini juga merasa prihatin setelah mencermati data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) belum lama ini yang memperlihatkan indikator kualitas udara di Bengkulu pada posisi sangat tidak sehat. "Perlu komitmen bersama untuk menjaga kualitas udara di Bengkulu agar tetap dalam keadaan baik. Kalau ada yang mengajak saya bekerjasama untuk mengedukasi warga mengenai pentingnya hal ini, saya siap sedia. Pencemaran bukan hanya berbahaya untuk kesehatan, tapi juga lingkungan," tegas Riri. BACA JUGA: Diprediksi Hingga Februari Ini, Bengkulu Berpotensi Terdampak Fenomena La Nina Dewan Penasehat Karang Taruna Provinsi Bengkulu ini menuturkan, cara dunia menghadapi pandemi covid-19 harusnya menjadi inspirasi untuk menghadapi ancaman produksi emisi karbon dunia yang terus meningkat yang memicu terjadinya perubahan iklim secara global. "Semua instrumen harus bergerak bersama untuk mengantisipasi dampak pemanasan global ini. Tidak sedikit kajian yang menyebutkan bahwa saat ini alarm tanda bahaya sebenarnya sudah banyak berbunyi memperingati umat manusia untuk bersiap menghadapi situasi terburuk," tandas Hj Riri Damayanti John Latief. BACA JUGA: Tunjangan Guru Kepahiang Belum Dibayar Karena Ini Perempuan ramah yang digelari Putri Dayang Negeri oleh Masyarakat Adat Tapus ini menambahkan, bencana demi bencana yang datang beriring-iringan selama beberapa tahun terakhir harusnya membuat semua pihak sadar dan mulai melihat dunia dengan cara yang berbeda. "Sudahi bersikap rakus, stop penebangan hutan secara liar, hentikan eksploitasi bumi demi kepuasan pribadi. Bencana adalah teriakan alam agar manusia lebih ramah. Semua pihak mesti melibatkan diri dalam gerakan menyelamatkan masa depan bumi, generasi manusia dan kehidupan itu sendiri," pungkas Riri. (idn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: