Produksi Kerupuk Jangek Lipat Menciut Karena Ini

Produksi Kerupuk Jangek Lipat Menciut Karena Ini

radarbengkuluonline.com, BENGKULU – Kerupuk Cinta Rasa  sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Kepahiang. Sebab,  bisnis  rumahan ini sudah dijalankan beberapa tahun lalu di Desa Nanti Agung, Kecamatan Tebat Karai, Kabupaten Kepahiang.

Lilis Suryani (33), pemilik sekaligus pembuat kerupuk dengan label Cinta Rasa mengatakan, usaha ini ia jalankan  bersama sang suami. Ia merintis usaha kerupuk ini sudah lama dan  hingga saat ini kerupuk buatan mereka masih sangat digemari di kalangan masyarakat.  “Nama kerupuknya ini Cinta Rasa. Jenisnya ini jenis kerupuk Jangek Lipat,” ucapnya saat dihubungi radarbengkuluonline.com Rabu (26/1).

Tidak semua produksi rumahan bisa bertahan lama. Akan tetapi produksi kerupuk rumahan ini mampu bertahan walaupun banyak kerupuk jenis baru yang sudah memasuki berbagai sektor perdagangan di pasaran. “Kami membuat kerupuk ini sudah bertahan sekitar 6 tahun,” katanya.

Berbekalkan pengalaman dan ilmu yang diberikan oleh mertuanya, Lilis memberanikan diri untuk memulai usaha ini, dengan modal yang terbilang cukup besar untuk di kalangan produksi rumahan. “Sebelumnya itu diajarkan oleh ibu mertua. Setelah itu kami memberanikan diri untuk memulai usaha ini dengan modal awal sekitar Rp 10 juta,” katanya.

Tidak banyak keuntungan yang mereka dapatkan dari hasil berjualan kerupuk ini, akan tetapi konsisten yang membuat mereka terus berproduksi. “Untuk keuntungan itu bagi dua. Misalkan, jika untuk modal sekali produksi Rp 500 ribu, maka untuk keuntungan kami Rp 500 ribu juga,” ucapnya.

Ia juga menuturkan jika sebelum terjadinya pandemi beberapa tahun terakhir produksi kerupuk mereka berjalan dengan baik. Akan tetapi berbanding terbalik dengan setelah terjadinya pandemi. “Produksi dan penjualan kami sangat terganggu selama Covid, dan sekarang sudah perlahan normal kembali.”

Selain dihadapkan dengan pandemi, Lilis juga keberatan dengan beberapa bahan pokok untuk membuat kerupuk yang sejak beberapa bulan ini menjadi mahal di pasaran.  Dengan begitu, ia dan suami harus bisa mengelola bahan dengan baik agar tidak mengalami kerugian. “Untuk sementara ini ukuran plastik dan ukuran kerupuknya sedikit kami kecilkan untuk menyesuaikan dengan harga bahan di pasaran. Tetapi isi per bungkusnya masih sama seperti dulu dan harga per bungkusnya masih harga 5 ribu dan 10 ribu per bungkus.”

Setiap harinya tidak banyak yang bisa Lilis produksi saat ini. Ini mengingat tidak adanya tenaga pembantu di usaha miliknya itu. Akhirnya, pekerjaan ini hanya ia lakukan bersama suaminya. “Sehari hanya membuat sebanyak 25 Kg, atau hanya satu sak tepung yang digunakan,” ujarnya.

Kerupuk ini dibuat dengan bahan bahan alami, dan sedikit campuran ketumbar. Ini dimasukkan sebagai pengharum dan membuat kerupuk Jangek Lipat ini bisa bertahan lama di pasaran. “Kerupuk ini bisa bertahan kisaran 2 minggu, kalau plastiknya tidak bolong.”

Ia berharap dalam waktu dekat ini bahan pokok yang sebelumnya mahal bisa kembali ke harga normal. Dengan begitu, ukuran kerupuknya bisa kembali seperti dulu lagi. Sehingga, pembeli tidak merasa kecewa. (Mg-2)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: