Halal Bihalal Merekatkan Kembali Persaudaraan

Halal Bihalal Merekatkan Kembali Persaudaraan

radarbengkuluonline.com, JAKARTA - Halal bihalal bukan hanya sekadar mempererat silaturahmi. Namun juga bisa untuk menghindari pernikahan sedarah. Sebab, dalam halal bihalal, masyarakat Indonesia bisa saling mengenali keluarga dekat dan jauh.

Menurut Pakar budaya Universitas Airlangga (Unair) Puji Karyanto, halal bihalal secara kebudayaan memang khas Indonesia yang merupakan turunan dari silaturahmi. Halal bihalal memiliki banyak makna. Misalnya untuk menghindari perkawinan antarkerabat yang masih terlalu dekat. ”Awalnya sebenarnya kan unjung-unjung itu bukan sekadar saling sapa, tetapi juga kalau orang Jawa mengatakan ngambah bature,”  tutur Puji pada Senin (2/5).

Puji menuturkan, tradisi silaturahmi Lebaran atau unjung-unjung yang tadinya sebagai tradisi keluarga telah diperluas dan diadopsi instansi, baik pemerintah atau swasta dengan konsep halal bihalal.  Konsep silaturahmi yang berganti menjadi halal bihalal, kini cenderung dimaknai dengan berkumpulnya banyak orang di sebuah tempat untuk saling bermaaf-maafan.

”Jangan sampai itu berhenti di salam-salaman saja, tapi sebenarnya siapa yang salaman juga tidak kenal, karena sangat berbeda jika berkunjung ke rumah, silaturahmi, dengan keluarga terbatas,” ujar Puji.

Dia mengingatkan, momen silaturahmi pada masa Lebaran tidak hanya sekadar bersalaman. Tetapi juga berkomunikasi dan membangun hubungan baik antarkeluarga. Halal bihalal juga bukan sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi untuk merekatkan kembali apa yang sudah renggang.

”Jadi kalau terlalu besar situasinya, terlalu banyak mereka-mereka yang harus bertemu, ya itu yang terjadi pasti semiotika nama, semiotika wajah orang yang bersalaman sudah tidak tahu,” ungkap Puji.

Puji menjelaskan, halal bihalal sebenarnya merupakan ekspresi rasa keguyuban antar kerabat yang bertemu saat momen Lebaran. Halal bihalal awalnya hanya sebagai tradisi keluarga atau tradisi masyarakat yang kemudian diformalkan orang-orang di sebuah instansi.

”Jadi semacam melembagakan tadinya yang sudah ada di masyarakat, antar kerabat, antar keluarga yang kemudian dilembagakan kawan-kawan di instansi,” terang Puji.(JP)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: