Demokrasi Muaradua

Demokrasi Muaradua

Pintu Gerbang Masuk ke Kelurahan Muara Dua Kota Bengkulu-Hidi Christopher-

 

BENGKULU, RADARBENGKULU.DISWAY.ID – Alkisah disuatu daerah yang makmur, rukun damai, bahagia, aman dan tenteram serta serba berkecukupan mendadak heboh. Apa pasal kehebohan tersebut. Tersiar kabar sang pemimpin daerah tersebut meninggal dunia.

 BACA JUGA:Ini Dia Data dan Fakta Unik Nama-Nama Kelurahan di Kota Bengkulu (14)

Karuan saja, daerah yang aman dan nyaman tersebut, rakyatnya mulai kasak kusuk dan menerka-nerka siapakah yang cocok untuk menggantikan sang pemimpin tersebut.

Demi untuk melanjutkan jalannya pemerintahan, akhirnya, ditunjuklah sang sekretaris untuk mengisi kekosongan tersebut.

 BACA JUGA:Bengkulu Ekspor 8.500 Ton Cangkang Sawit ke Thailand

Sang sekretaris hanya bertugas untuk menjalankan pemerintahan hingga dilaksanakanan pemilihan umum untuk menentukan siapa yang layak melanjutkan kepemimpinan daerah tersebut. Sesuai azas demokrasi di negara kita, langsung, umum, bebas dan rahasia (Luber).

Para tokoh dan pemuka masyarakat mulai menginventarisir siapa sajakah yang kira-kira layak untuk menduduki posisi tersebut.

 BACA JUGA:Kuliah Umum di UMB, Walikota Helmi Berikan Pemahaman Wirausaha Era Digital

Banyak nama yang muncul hasil dari inventarisir para tokoh dan pemuka masyarakat tersebut. Setidaknya ada lima nama yang muncul. Dan masing-masing memiliki kelebihannya sendiri-sendiri.

 BACA JUGA: Rugi Ratusan Juta, Korban Kebakaran Mengamuk

Setelah tiba saatnya, sang sekretaris yang telah berkonsultasi dengan pasirah yang membawahi wilayah tersebut menyatakan akan menggelar pemilihan umum yang melibatkan seluruh warga. Namun dari warga tersebut masing-masing diambil satu kepala keluarga (KK). Atau dalam satu mubungan hanya diambil satu suara.

Semua bersepakat. Waktu yang dinantikan pun tiba. Yakni Hari H pemilihan. Sebelum pemilihan digelar, atas saran pasirah (pemimpin yang membawahi beberapa wilayah) dibentuklah suatu panitia pemilihan dan panitia pengawas pemilihan. Semua sudah siap. Hari, tanggal dan jamnya sudah disepakati.


Warga Muara Dua sedang istirahat saat bakti sosial-Hidi Christopher-

Yakni pada hari Minggu, 11 Oktober 2021, di halaman rumah salah seorang warga. Warga bersepakat untuk mendirikan tenda. Tenda didirikan dengan cara bergotongroyong. Semua warga bersemangat sekali untuk menyambut hari yang bersejarah tersebut.

Tenda didirikan untuk langkah antisipasi jika saat pesta demokrasi wilayah Muaradua tersebut cuacanya kurang bersahabat. Sebab kita tahu, bulan – bulan tersebut diwilayah Muaradua dan sekitarnya sedang musim hujan dan juga berpotensi badai, serta banjir.

 Apa yang ditakutkan ternyata benar-benar terjadi. Yakni hujan dari sore hari hingga malam. Alhasil, tenda tersebutlah yang menjadi salahsatu tempat berlindung warga yang sangat bersemangat untuk menitipkan asa dan harapannya. Paling tidak selama priode tertentu. 

Saat itu sekitar pukul 19.30 WIB hingga pukul 21.30 WIB, dan menjadi waktu yang paling menegangkan serta mendebarkan bagi 60an KK warga yang ada di Muaradua.

 Dari 60an KK warga Muaradua tersebut, 50 KK yang datang dan bersemangat untuk memberikan suaranya. 10 KK lagi sudah ada konfirmasi dengan pihak panitia, tidak bisa hadir karena ada halangan. Baik itu alasan pekerjaan dan atau yang lainnya.

 Pemilihanpun digelar. Dengan disaksikan Pasirah dan  Imam serta tokoh masyarakat lainnya.

 Lima calon yang muncul: 

Ketua Panitia pemilihan menyebutkan ada lima calon yang muncul dan dimunculkan oleh warga.

 Proses pemungutan suaranya pun dilaksanakan dengan sistem votting tertutup dengan membagikan kertas suara. Dan masing-masing votter atau pemilih memberikan suaranya dengan cara menuliskan nomor urut ataupun nama kandidat dalam kertas suara tersebut.

 Lalu kertas suara dikumpulkan kembali kepada panitia. Panitia berkeliling membawa kotak suara. Pemilihan yang dilaksanakan dipastikan tidak ada kecurangan dan manuver - manuver  politik lainnya. Sebab, seluruh warga menyaksikannya dengan mata kepala sendiri.

Sebelumnya panitia juga memperlihatkan kepada pemilih jika kotak suara tersebut dalam keadaan kosong.

Lalu, proses penghitungan suara pun dimulai. Sesuai dengan nomor urut dalam pencabutan pengundian nomor urut calon.

Pertama (1),Permaisuri sang pemimpin yang meninggal dunia tersebut, setelah dihitung memperoleh 10 suara.

 Lalu calon nomor urut dua (2), memperoleh 9 suara. Sedangkan calon dengan nomor urut tiga (3) memperoleh 3 suara. Lalu calon dengan nomor urut empat (4) memperoleh 1 suara. Dan calon nomor urut lima (5) mendapatkan 27 suara.

 Setelah selesai penghitungan suara, kertas suara dan jumlah pemilih yang memberikan suaranya dipastikan sama. Yakni 50 KK dan tidak ada protest dari warga maupun calon yang kalah. Sekitar pukul 21.30 WIB, pelaksanaan pemilihan pemimpin Muaradua dinyatakan sukses dan berjalan sesuai rencana.

 

Fenomena Menarik

 Ada hal yang menarik dalam proses Demokrasi Muaradua tersebut. Pertama adalah keterliban warga dalam proses Demokrasi Muaradua mencapai 90 persen. Dari 60an KK. 50 KK memberikan suaranya dan tidak ada golput ataupun abstain serta suara batal. Hal ini mencerminkan jika warga disini aktif dalam berdemokrasi.


Warga Muara Dua sedang membersihkan lingkungan pemukiman secara gotongroyong-Hidi Christopher-

 

Lalu yang kedua adalah fenomena calon peraih suara terbanyak. Setelah ditelusuri, calon dengan peraih suara terbanyak ini tidak pernah mencalonkan diri. Namun dicalonkan oleh warga. Hal ini disampaikan sang calon terpilih tersebut.

Beliau tidak pernah mau mencalonkan diri dalam proses pemilihan tersebut. Namun setiap kegiatan warga, baik suka dan maupun duka, beliau selalu hadir walaupun hanya sebentar. Ternyata apa yang dilakukan beliau membekas dihati warga. Warga yakin, dengan jiwa sosial yang dimiliki calon terpilih tersebut.

 

 

Dikampanyekan Warga

Sang calon terpilih tersebut sama sekali tidak pernah mengkampanyekan diri dan berkampanye untuk mendapatkan simpati warga. Hanya saja apa yang dilakukan selama ini ternyata mendapatkan simpati warga. Dan warga tersebutlah yang mengkampanyakan beliau.

Kira-kira satu minggu sebelum pemilihan digelar, para tokoh masyarakat dan imam masjid datang menemui sang calon terpilih ini. Kedatangan mereka meminta untuk maju dalam pemilihan tersebut. Namun dengan halus calon terpilih tersebut menolak untuk mencalonkan diri.

Akhirnya pada satu hari sebelum pemilihan digelar, imam, tokoh masyarakat serta tokoh perempuan di Muaradua kembali mendatangi kediaman sang calon. Dan meminta kembali untuk maju dalam pemilihan tersebut. Tetap ditolak dengan halus. Namun jika warga mencalonkan beliau, mau tak mau beliau harus bersedia.

Saat itu, pada hari Minggu malam, tepatnya 11 Oktober 2021, detik-detik pemilihan akan dilaksanakan. Sang calon belum juga hadir karena masih menyelesaikan pekerjaannya.

Sang imam meminta kepada panitia untuk menunggu 15-30 menit untuk memastikan calon tersebut sudah pulang dari bekerja. Panitia menyanggupi, walaupun saat itu hujan. Sang imam tetap ingin memastikan sang calon sudah ada di rumah dan akan dibawa ke lokasi pemilihan.

Begitu tiba dilokasi pemilihan, sang calon langsung dipersilahkan duduk didepan dan pemilihan dilaksanakan. Nama sang calon langsung dicalonkan warga serta mendapatkan nomor urut 5. Dan juga mendapatkan suara mayoritas.

Proses pemilihan berlangsung dan terpilihlan sang calon yang diinginkan warga tersebut.

Banyak hal yang dapat kita petik dari cerita di atas. Apalagi di daerah kita ini akan menghadapi proses demokrasi. Yakni pemilihan presiden, gubernur, bupati dan walikota serta legislatif. 

Dan kita doakan sang pemimpin yang dicalonkan warga tersebut tetap sehat serta dapat menjalankan amanah yang diberikan dengan sebaik-baiknya serta dapat membawa kemajuan di wilayah yang dipimpinnya. Yakni Muaradua. (hcr)

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: