Berita Proklamasi Kemerdekaan RI Sampai di Bengkulu Ada Disini

Berita Proklamasi Kemerdekaan RI Sampai di Bengkulu Ada Disini

Inilah kantor Pos tempat pertama kalinya bendera merah putih berkibar di Bengkulu--

 

BENGKULU, RADARBENGKULU.DISWAY.ID - 17 Agustus 1945 itu adalah Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan  Soekarno-Hatta di Pegangsaan Timur Jakarta. Lantas, kapan berita proklamasi itu sampai di Bengkulu? Siapa yang tahu, silahkan tunjuk tangan. Kalau tidak ada yang tahu, silahkan baca laporan wartawan RADARBENGKULU.DISWAY.ID berikut ini.

 

AZMALIAR ZAROS - Kota Bengkulu

 

Berita tentang proklamasi yang dikumandangkan Soekarno-Hatta di Pengangsaan Timur Jakarta tanggal 17 Agustus 1945 itu mendapat sambutan gembira masyarakat Bengkulu. Apalagi sebelumnya para pejuang Bengkulu sudah dapat informasi tentang kekalahan Jepang melawan sekutunya.

BACA JUGA:Mahasiswa Papua di Bengkulu Turun ke Jalan Galang Donasi Korban Bencana Alam

Detik-detik kekalahan Jepang di Kawasan Pasifik itu, tentu saja menimbulkan suasana baru di Bengkulu. Itu diungkapkan dalam buku Sejarah dan Peranan Sub Komando Sumatera Bagian Selatan (SUBKOSS)  dalam Perjuangan Rakyat Sumbagsel (1945-1950) yang diterbitkan DHD -45 Provinsi Sumatera Selatan dan dicetak oleh CV Komring Jaya Putra bulan Juli 2003. Buku tersebut juga dibagikan kepada pejuang Bengkulu, Djafri Sidik di Tengah Padang, Kota Bengkulu.

BACA JUGA:Ini Dia Data dan Fakta Unik Nama-Nama Kelurahan di Kota Bengkulu (37)

Menurut isi buku ini, berita kekalahan Jepang di kawasan Fasifik itu diketahui oleh pejuang di Kota Bengkulu, Hamdan Mahyudin pada tanggal 14 Agustus 1945 melalui siaran radio langsung dari Tokyo. Itu didengarnya di rumah sahabatnya Letnan Satu Yamanaka. Ia adalah pejabat Jepang.

BACA JUGA:Destinasi Wisata Bukit Kandis yang Menawan di Benteng

Dalam berita itu mengabarkan, ''Untuk menghindari kematian rakyat Jepang yang semakin banyak jumlahnya, maka dengan ini perang dihentikan.''

Selain itu, berita yang sama juga didengar oleh A. Rivai Darwis yang tinggal di Curup. Kemudian, juga didengarkan oleh Burhanudin di Bengkulu. Burhanudin ini adalah salah seorang pegawai Kantor Telegraf yang ada di Kantor Pos Kampung. Berita itu akhirnya diketahui  oleh rakyat banyak di Bengkulu.

Tanda-tanda bahwa pasukan Jepang telah menyerah kepada sekutu terlihat sejak tanggal 15 Agusutus 1945.  Yaitu, dengan  menghilangnya kapal-kapal perang Jepang di perairan Bengkulu.

Selain itu, pada tanggal 16 Agustus  1945, Heiho dan Gyugun dibubarkan. Anggotanya disuruh pulang ke kampungnya masing-masing (Achmaddin Dalip dkk, 1983/1984:6).

Pada tanggal 17 Agustus 1945 sore, Ali Hanafiah menyampaikan bahwa kemerdekaan Indonesia telah diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta. Dia juga telah menghubungi Adinegoro untuk memperoleh petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan di Bengkulu ini.

Sementara itu,Nawawi menghubungi kepala pemerintahan Jepang di Bengkulu, Sucokan Inumata dan wakilnya. Para pejabat Jepang itu meminta Nawawi dan para pemimpin di Bengkulu agar turut memelihara keamanan.

Ketika Nawawi meminta bantuan makanan dan senjata untuk memelihara pasukan, mereka menyatakan bahwa semua senjata dipegang oleh tentara. Dan mereka tidak dapat berbuat banyak.

Pada tanggal 20 Agustus 1945, para pejabat Jepang itu memberitahukan kepada Nawawi bahwa pasukan sekutu akan datang ke Bengkulu. Karena keadaan sebenarnya belum jelas, Inumata menganjurkan supaya Barlian, Syafi'i Ibrahim dan Nawawi menyingkir dahulu ke Tanjung Sakti. Ali Hanafiah menyampaikan kepada Nawawi bahwa Jakarta telah bergolak, tetapi di Bengkulu mungkin belum banyak yang dapat dikerjakan.

Ali Hanafiah tidak berkeberatan kalau Nawawi ke Tanjung Sakti dulu. Tetapi selalu harus menjaga hubungan dengannya. Setelah lima hari Nawawi, Syafi'i Ibrahim dan Barlian berada di rumah Barlian di Tanjung Sakti, Ali Hanafiah mengirimkan berita supaya Nawawi segera kembali ke Bengkulu untuk menyusun Pemuda Pelopor Kemerdekaan.

Waktu pun terus berlalu. Lalu, selentingan berita tentang kemerdekaan terus terdengar di Bengkulu menjelang awal bulan September 1945. Secara resmi , berita mengenai proklamasi diterima di Bengkulu pada tanggal 3 September 1945. Berita itu dibawa oleh Rahim Damrah. Ia adalah bekas pimpinan Gyugun yang datang dari Palembang. Ia membawa 2 eksamplar surat kabar Palembang Simbun yang memuat berita mengenai Proklamasi 1945 oleh Soekarno-Hatta.

Rakyat Bengkulu menyambut berita mengenai proklamasi dengan semangat yang meluap-luap. Mereka tidak lagi memperdulikan tentara Jepang. Bendera merah-putih dikibarkan rakyat di depan rumahnya masing-masing. Para pemuda juga memasang lencana merah putih pada baju dan kopiah.

Pada tanggal 10 September 1945 di Bengkulu dibentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). Tugas utama API adalah menyebarkan berita kepada rakyat bahwa Indonesia telah merdeka.

Di beberapa kantor , antara lain Kantor Pos yang dipimpin oleh Nawawi , bendera merah putih dikibarkan. Setelah itu, bendera merah putih berkibar di rumah para pemimpin API, di sekolah Taman Siswa, sekolah Jami'atul Khair.

Sepuluh hari setelah didirikan, API berubah menjadi Badan Keamanan Rakyat (BKR), Lima hari setelah itu, BKR ini ditingkatkan menjadi Penjaga Keamana Rakyat (PKR).

Kemudian, PKR  ini juga dibentuk di Manna, Kepahiang, Cuurup, Muara Aman, Lais. Pada akhir bulan September 1945, PKR-PKR ini dilebur menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) (Nawawi,1979:6).  

 Ada beberapa tokoh penting yang bekerja keras dan mempelopori kemerdekaan di Bengkulu. Antara lain adalah Ali Hanafiah, Ir. Indra Tjaja, R. Abdullah, Ibu Ali Hanafiah, Moris Umar, Ibu Moris Umar, guru Jufri, Hamdan Mahyudin, Rd. Sabri, Rifa'i.

Tokoh kepemudaan yang patut disebut antara lain Nawawi, Syafi'i Ibrahim, Zahri Tani, M.Zen Rani, Sani Djakfar, Hadis Lani, Inuh Mustafa, Ismail Rani. Sedangkan tokoh yang tak kalah pentingnya adalah Kolonel Barlian yang berada di Tanjung Sakti.

Sedangkan di Kepahiang, berita mengenai proklamasi kemerdekaan Indonesia ini disebarkan dari mulut ke mulut pada awal September 1945 oleh para mantan Gyugun dan Heiho.((Zainal Arifin Mursalin dkkk, 1996:3).

Untuk di Kota  Manna, mereka menerima berita proklamasi itu ada akhir Agustus 1945. Berita itu dibawa oleh Buldani Masik. Ia adalah seorang mantan Komandan Regu Senapan Mesin Berat (M-28) di Markas Besar Gyugun di Pagaralam.

Pda tanggal 25 September 1945, pukul 10.00 WIB, berita mengenai proklamasi Kemerdekaan Indoensia berkumandang di Curup. Bendera Merah Putih yang terbuat dari berbagai bahan, berkibar dimana-mana. Kemudian, pekik merdeka terus diteriakkan.

Rakyat umum serta anak-anak sekolah, dengan penuh semangat berkumpul di depan rumah Nur Arifin (Langgar Al Akimi,Jalan Merdeka, Pasar Tengah sekarang) untuk mengikuti upacara yang bersejarah. Nur Ariifin membacakan teks proklamasi yang diikuti dengan pengiban bendera merah putih. Kemudian diiringi dengan lagu Indonesia Raya. (Pemerintah Kabupaten Rejang Llebong, 2000:30).

Setelah berita mengenai proklamasi dikumandangkan di Curup, berita itu disebarluaskan ke seluruh daerah di luar Kota Curup oleh pengurus BPRI setempat. Berita itu juga disebarluaskan melalui orang yang akan menuju ke suatu tempat atau dusun atau melalui tokoh pemerintahan dusun.

Untuk daerah timur Kota Curup, dari Suban Ayam sampai ke Sumber Bening, berita itu disebarluaskan Marto Armojo, seorang pengurus BPRI.

Marto Atmojo juga mengumumkan pembentukan kesatuan keamanan daerah yang terdiri dari mantan anggota Seinendan. Kemudian dilatih oleh para perwira/bintara Gyugun. Kesatuan dari Sumber Bening ibi, selain menjaga keamanan lingkungan, juga bertugas mengamati tentara Jepang di daerah Suban Ayam.

Ketika teks proklamasi dibacakan oleh Nur Arifin dalam upacara di Curup, pihak Jepang mula-mula tampaknya tidak begitu menghiraukan, Namun menjelang pukul 12.00 WIB, karena masaa yang bekumpul semakin banyak dan dikhawatirkan akan mengadakan gerakan yang revolusioner, pihak Jepang mulai bertindak. Mereka meminta agar masyarakat yang berkumpul itu agar membubarkan diri.

Kemudian, semua bendera merah putih yang telah dikibarkan agar segera diturunkan. Tentu saja permintaan itu ditolak oleh Nur Arifin dan kawan-kawan. Oleh karena itu, polisi Jepang mulai menunjukkan gelagat akan melakukan tindakan kekerasan. 


Di dalam Buku Sejarah dan Peranan SUBKOSS ini ada dimuat tentang berita Proklmasi Kemerdekaan RI di Bengkulu-Azmaliar Zaros-

  

Untuk menghindari perkembangan ketegangan itu menjadi bentrok fisik, beberapa orang pengurus BPRI segera pergi ke kantor Polisi Militer Jepang (Kempetai) yang terletak di lokasi Markas Kodim 0409 sekarang. Kemudian melakukan perundingan disana.

Sementara itu di luar Kantor Kempetai itu, telah berkumpul para anggota BKR, anggota BPRI, dan pemuda lainnya yang siap bergerak apabila diperlukan. Pihak Jepang dapat menerima penjelasan bahwa pengibaran bendera merah putih itu dilakukan dalam rangka Proklamasi Kemerdekan Indonesia dan tidak dimaksudkan sebagai upaya menciptakan situasi revolusioner.

Dengan pengertian itu, bendera merah putih terus berkibar  bukan hanya pada hari itu, melainkan hingga sore besok. (Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong, 2000:30-31).(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: