Mewaspadai Sifat Takabur Dalam Diri Kita

Mewaspadai Sifat Takabur Dalam Diri Kita

Foto Ustad H. Henderi Kusmidi-Adam-

 

Dari : Masjid Jami’ Babussalam Kelurahan Jalan Gedang Kota Bengkulu

 

Oleh : H. Henderi Kusmidi

(Dosen UIN FAS Bengkulu dan Imam Masjid Jami’ Babussalam Kota Bengkulu)

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah!

RADARBENGKULUONLINE.COM - Hati adalah pemimpin anggota badan. Maka perbuatan-perbuatan anggota badan mencerminkan apa yang ada di hati. Jika hati baik, maka anggota badan menjadi baik dan jika hati rusak, maka rusak pula anggota badan.

Hati tidak akan menjadi baik kecuali ketika bersih dari penyakit-penyakit dan disembuhkan dari penyakit-penyakit hati.

Diantara penyakit hati yang dilarang adalah bersikap takabur terhadap para hamba Allah SWT. Oleh karenanya, jangan sampai kita berjalan dengan gaya jalan penuh dengan kesombongan dan keangkuhan.

Karena kita tidak akan menembus bumi dengan injakan dan kuatnya pijakan kaki kita. Kita juga tidak akan mencapai ketinggian gunung dengan kesombongan kita dan tidak akan menyamai kekuatan dan kekokohan gunung tersebut.   

Hadirin yang dirahmati Allah

Takabur adalah seperti ditegaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

Maknanya: “Takabur adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (HR Muslim) . 

Berdasarkan hadits ini, orang yang takabur ada dua macam.   Pertama, seseorang yang menolak kebenaran yang disampaikan orang lain, padahal ia tahu bahwa kebenaran ada pada orang tersebut. Ia menolaknya karena orang yang menyampaikan kebenaran itu lebih muda darinya atau lebih rendah kedudukannya.

Sehingga ia merasa berat untuk mengikuti kebenaran itu. Padahal, hadirin sekalian, Fir’aun binasa karena sifat takaburnya. Fir’aun telah melihat sekian banyak mu’jizat Nabi Musa ‘Alaihissalam, namun ia tidak beriman kepada Nabi Musa ‘Alaihissalam. 

Demikian pula Abu Lahab dan tokoh-tokoh kafir Quraisy. Setelah mereka melihat mu’jizat Al-Qur’an dan mengakui bahwa Al-Qur’an tidak seperti puisi dan prosa yang mereka kenal. Tidak ada yang membinasakan mereka dan membuat mereka tidak beriman kecuali sifat takabur.

Sedangkan jenis kedua dari orang takabur adalah seseorang yang menganggap dirinya memiliki keistimewaan yang melebihi orang lain. Ia melihat dirinya dengan pandangan kesempurnaan dan penuh kebaikan. Ia lupa bahwa itu semua sejatinya adalah pemberian Allah kepadanya.

Ia lalu bersikap congkak kepada sesama hamba Allah dan merendahkannya. Karena menurutnya, ia jauh lebih tinggi martabatnya. Lebih banyak hartanya atau lebih tampan, lebih berilmu dan seterusnya.   

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah! Allah melarang sifat takabur terhadap sesama hamba. Saat mengisahkan nasihat Lukman kepada anaknya,  Allâh berfirman dalam QS. Lukman ayat 18 :

Janganlah engkau berpaling dari mereka dengan bersikap sombong, menghadaplah kepada mereka dengan mukamu. Jangan engkau hadapkan kepada mereka separuh bagian mukamu dan pipimu seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang bersikap congkak dan sombong. Jangan engkau berjalan dengan gaya jalan yang penuh kesombongan, kecongkakan dan rasa bangga diri.   

Hadirin yang dirahmati Allah

 Virus takabur ini jangan sampai menyerang hati kita. Virus takabur ini jangan sampai merusak hati kita. Marilah kita introspeksi diri. Kita teliti hati kita masing-masing. Jika telah muncul sedikit saja virus menyombongkan harta pada hati kita, hendaklah kita mengingat Qarun.

Ia dan seluruh hartanya dibenamkan ke dalam bumi, kesombongannya tidak dapat menyelamatkannya. Jika dalam hati kita telah muncul sedikit saja virus membanggakan kekuasaan dan jabatan yang kita miliki, hendaklah kita renungkan kisah Fir’aun.

BACA JUGA:Inilah Riwayat Selingkar Tanah Bengkulu Tempo Dulu (7)

 Fir’aun pada akhir hayatnya tenggelam dan binasa didalam laut  dan tidak bermanfaat baginya kerajaan dan pasukan-pasukannya.

Hadirin, kita sama sekali tidak pantas menyombongkan dan membanggakan diri karena sombong adalah selendang Allah tak pantas kita menggunakannya dan Allah benci kepada orang yang sombong.

Hakikat kejadian diri kita adalah setetes air mani yang menjijikkan dan akhir diri kita adalah sebujur bangkai. Sekuat dan sehebat apapun kita, sekaya dan sekuasa apapun kita, setinggi apapun pangkat dan jabatan kita, suatu saat nanti pasti ia akan dikalahkan oleh kematian.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Seseorang yang selalu memantau dan mengawasi hatinya serta terus menerus berusaha untuk menghindarkannya dari virus takabur, maka ia akan meyakini bahwa kecerdasan, ilmu, harta dan jabatannya, sejatinya bukanlah berasal dari dirinya.

Tapi itu semua adalah karunia yang Allah anugerahkan kepada dirinya. Oleh karenanya, hendaklah ia bersyukur kepada Tuhan-nya, mengasihi orang yang di bawahnya dan hendaknya bersikap tawadhu’ (rendah hati). Karena tawadhu’ termasuk di antara jenis ibadah yang paling utama.  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda.

Maknanya: “Sungguh kalian telah melalaikan salah satu bentuk ibadah yang paling utama, yaitu tawadhu’ (bersikap rendah hati).” (HR al Hafizh Ibnu Hajar dalam al-Amali).   

BACA JUGA:Dukcapil Provinsi Bengkulu Tak Mau KPU Kerepotan

Nabi mengatakan demikian, tidak lain karena banyaknya orang yang terserang virus takabur. Seandainya semua orang bersikap rendah hati (tawadhu’), niscaya akan sirna dari tengah-tengah mereka sekian banyak kebencian dan permusuhan, akan hilang rasa iri dan dengki.

Mereka akan terhindar dari lelahnya persaingan, upaya bermegah-megahan dan saling membanggakan diri, dan mereka akan menikmati apa yang telah Allah karuniakan untuk mereka. Semoga khutbah ini bermanfaat dan berkah buat kita semuanya.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: