Inilah Riwayat Selingkar Tanah Bengkulu Tempo Dulu (6)
Inilah Kantor Dinas Lingkungan Hidup yang masuk dalam wilayah Kota Bengkulu-Azmaliar Zaros-
PENGANTAR REDAKSI:
Kota Bengkulu merupakan ibukota Provinsi Bengkulu. Kota yang memiliki nama kelurahan yang unik-unik itu juga memiliki riwayat tempo dulu. Apa itu? Yaitu, Selingkar Tanah Bengkulu Tempo Dulu. Bagaimana riwayatnya, silakan baca laporan khusus wartawan RADARBENGKULUONLINE.COM itu secara bersambung ini sampai tuntas.
Walaupun tulisan ini belum lengkap, setidaknya bisa jadi bahan masukan untuk semua pihak. Kalau pun ada kekurangan, ini bisa diperbaiki oleh tokoh masyarakat Bengkulu untuk menuju ke arah kesempurnaan. (*)
Mimpi Yang Dipertuan Membawa Berkah
AZMALIAR ZAROS- Kota Bengkulu
RADARBENGKULUONLINE.COM - Setelah itu, mufakat itu pun terhenti. Karena, Sultan sedang mencari pikiran. Setelah dua tiga malam belakangan itu, Sultan bermimpi. Yang dipertuan melihat satu perarakan yang amat indah yang banyak manusia memikulnya.
Maka kedengaranlah oleh Yang Dipertuan orang mengusung itu berkata dengan temannya dengan mengatakan,’’Baginda Maharaja Sakti yang di dalam perarakan itu mau diantarkan ke Gunung Bungkuk Bangkahulu.’’
Pada pagi harinya, maka Sultan menyuruh panggil Baginda Maharaja Sakti masuk ke Kampung Dalam. Setelah berhadapan muka yang dipertuan bersabda kepada Baginda Maharaja Sakti supaya disuruh panggil menteri yang empat Balai serta menyuruh bawa pesirah yang dari Bangkahulu.
Apabila sudah hadir semuanya, maka yang dipertuan menceritakan akan mimpi Baginda seperti yang sudah diceritakan di atas tadi.
Kemudian, yang dipertuan berkata, pada hari ini hamba mempersaksikan kepada sekalian yang ada didalam majelis ini bahwa aku izinkan saudaraku yang bergelar Baginda Maharaja Sakti menjadi kerajaan di Bangkahulu dengan permintaan empat pesirah dari Bangkahulu.
Sesudah itu, maka tuan Baginda Maharaja Sakti langsung mengangkat sembah. ’’Ampun Tuanku, jika demikian juga titah Syah Alam, apa boleh buat. Akan tetapi betul dan ihklas hatinya pesirah-pesirah keempat itu hendaklah dihadapan Syah Alam dengan perjanjian teguh diantara pesirah dengan raja supaya jangan menjadi perselisihan di belakang hari. Maka pesirah –pesirah itu pun menurutlah seperti kehendak Baginda itu dengan membuat perjanjian dihadapan Daulat yang dipertuan serta dengan menteri Empat Balai.
Isi Perjanjian:
Pertama, Raja tinggal di Pesisir laut dan pesirah dan perwatin tinggal di ulu.
Kedua, jika musuh datang dari laut, raja yang mempertahankan. Jika musuh datang dari Gunung, pesirah dan perwatin yang mempertahankan.
Ketiga, segala hutan dan rimba pesirah dan perwatin tidak boleh melarangnya jika raja atau anak cucunya mau membuat ladang atau kebun atau mengambil kayu pendek atau panjang.
Sekiranya kalau orang luaran datang menumpang berladang atau berkebun atau mengambil kayu, rotan, damar dan segala jenis isi hutan hendaklah dengan izin dari raja, maka boleh pesirah atau perwatin memberikannya.
Keempat, tiap –tiap tahun apabila anak buah sudah menuai padi hendaklah menghantarkan persembahan kepada raja berupa beras sekulak, ayam seekor, kelapa sebuah.
Di dalam satu bubungan, tiap-tiap bilangan bubungan akan jadi makanan raja dari tahun ke tahun. Itulah tanda-anda anak buah meminta raja, karena bukan raja minta diangkat.
Kelima, waktu raja mudik kehulu memeriksa anak buahnya, tiap-tiap bubungan hendaklah memberi beras sekulak, kelapa sebuah, ayam segenggam tunjuk banyak kakinya. Itulah makanan raja dan segala pengiringya selama berjalan.
Keenam, raja atau anak cucu raja jika tumbuh kerja baik atau kerja buruk jika raja mufakat dengan pesirah dan perwatin serta memberi garam atau kain hitam tak dapat tiada anak buah persirah atau perwatin menolong dengan beras dan tukarannya sekulak garam.
Ketujuh, sewa segala labuhan dan kuala-kuala raja yang empunya. Tidak dapat oleh pesirah perwatin. Akan tetapi pesirah perwatin sendiri tidak kena bea kuala atau labuhan.
Kedelapan, segala jenis bicara yang kecil pesirah perwatin kuasa menghabiskan di tanah uluan. Jika bicara yang besar hendaklah pesirah perwatin membawa dihadapan raja bersama-sama menghabiskan.
Dari uang gawe dibagi dua. Satu bagi dapat oleh pesirah yang empunya marga dengan perwatin yang empunya dusun. Dan satu bagi lagi kembali kepada raja. Kesembilan, jika hilang pesirah, raja yang menggantinya. (bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: