Inilah Riwayat Selingkar Tanah Bengkulu Tempo Dulu (10), Tamu Minta Perlindungan di Bangkahulu

Inilah Riwayat Selingkar Tanah Bengkulu Tempo Dulu (10), Tamu Minta Perlindungan di Bangkahulu

Inilah Kantor Dinas Pariwisata Kota Bengkulu yang terletak di Jalan Letkol Santoso, Pasar Melintang-Azmaliar Zaros-

 

PENGANTAR REDAKSI:

Kota Bengkulu merupakan ibukota Provinsi Bengkulu. Kota yang memiliki nama kelurahan yang unik-unik itu juga memiliki riwayat tempo dulu. Apa itu? Yaitu, Selingkar Tanah Bengkulu Tempo Dulu. Bagaimana riwayatnya, silakan baca laporan khusus wartawan RADARBENGKULUONLINE.COM    itu secara bersambung  ini sampai tuntas. 

Walaupun tulisan ini belum lengkap, setidaknya bisa jadi bahan masukan untuk semua pihak. Kalau pun ada kekurangan, ini bisa diperbaiki oleh tokoh masyarakat Bengkulu untuk menuju ke arah kesempurnaan.  (*)

 

Tamu Minta Perlindungan di Bangkahulu 

 

RADARBENGKULUONLINE.COM -  Setelah Tuanku Baginda Air Lemadin wafat, dia digantikan  anaknya yang bernama Tuanku Baginda Balai Buntar. Setelah wafat, Baginda itu berganti pula dengan anaknya yang bernama tuanku Baginda Sebayam. Kuburan Baginda Sebayam ini terletak dekat Desa Sukarami Marga Jurukalang.

Tuanku Baginda Sebayam itu memelihara hulu balang empat puluh orang. Orangnya adalah orang-orang pilihan semua. Tiap-tiap hari bertukar orang yang menjaga  istananya. 

Pada suatu malam baginda keluar, maka  hulubalang yang berjaga langsung mengangkat sembah sambil berkata ada seorang laki-laki baru datang malam ini.

Dia datang dari Palembang. Dia mau menyerahkan diri ke bawah duli tuanku, tetapi hamba belum tahu namanya. 

Kemudian tamu itupun  sujud kepada kaki baginda dan lantas mengatakan segala hal ihwalnya kedatangannya. Patih itu datang dari Palembang. Namanya Singaran Pati. Asal orang dari Lembak Beliti Taba Pingin (Lubuklinggau) Palembang.

Lalu dia menceritakan kejadian yang dialaminya. Pada satu ketika dia kena fitnah berbuat jahat dengan satu perempuan anak mamaknya. Dia mau dibunuh oleh mamaknya itu. 

Rasa-rasanya ia tidak dapat lagi meloloskan diri, maka dia langsung menikamnya. Lalu mati. Maka orang pedusunan bikin rapat yang mengatakan dia sudah dua kali salah. Dia diantarkan kepada Sultan Palembang, kena hukuman menjadi budak raja seumur hidup. Maka dia ditugaskan oleh sultan jadi penunggu Indah Larangan. Dia bergelar Iswanda.

Pada suatu hari, anak sultan bernama Putri Sinaran Bulan, yaitu remaja yang cantik parasnya turun mandi di Indah Larangan itu. Tiba-tiba dengan takdir Allah Taala dia disambar oleh buaya bidang kajang besarnya, maka gegerlah segala isi negeri.

Semua orang mufakat. Dengan titah Sultan, tak dapat tidak dia disuruh mencari dan membunuh buaya itu. Sebab, dia punya salah karena kurang menjagannya.

Maka dia meminta kumpulkan segala senjata di dalam jagat Palembang. Setelah terkumpul semuanya, maka dia serahkan dengan beras sudah dikunyiti, dipanggillah ayam makan beras itu.

Ada satu keris kecil lagi berkarat sejengkal panjang matanya, dimakan ayam beras yang di atasnya. Lalu matilah ayam itu. Dengan seketika itu juga keris itulah yang dia bawa menyelam ke dalam sungai Palembang. Maka bertemulah buaya itu. Lalu dia tikam. Lukanya cuma sedikit, buaya itu lantas mati dan bangkainya lantas mengapung di atas air.

Dari keris yang patih bawa menyelam itu, patih sembunyikan di bawah indah , antara air dengan darat, maka patih menjunjung sembah kepada Sultan mengatakan buaya sudah mati, tetapi keris penikamnya sudah hilang. Kata sultan, apa boleh buat, asal mati buaya itu sudahlah.

Kemudian, buaya itu orang belah perutnya. Kedapatanlah mayat putri itu seperti orang tidur saja. Tidak satu juga yang hilang sifatnya. Hanya sekadar jiwa saja yang hilang karena besarnya buaya tersebut.

Pada malamnya itu, patih lari membawa keris itu menuju ke hulu Palembang. Maksudnya, mau kembali ke dusun patih. Kemudian teringat pula kalau di dalam pojokan Palembang Indah terdapat juga oleh Sultan.

Sebab itulah maka patih lari ke bawah Duli Tuanku disini minta hidup kepada tuanku. Karena patih lari dari rumah raja. Sekarang masuk juga di rumah raja di sini. Patih serahkan jiwa patih dengan tuanku. Dari keris si Kuku Gagak yang penikam buaya itu, inilah patih persembahkan .(bersambung)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: