Inilah Riwayat Selingkar Tanah Bengkulu Tempo Dulu (19), Tahun 1714 Didirikan Benteng Marlborough 

Inilah Riwayat Selingkar Tanah Bengkulu Tempo Dulu (19), Tahun 1714 Didirikan Benteng Marlborough 

Inilah Kantor Dinas Kesehatan Kota Bengkulu yang terletak di Jalan Basuki Rahmat-Azmaliar Zaros-

 

PENGANTAR REDAKSI:

Kota Bengkulu merupakan ibukota Provinsi Bengkulu. Kota yang memiliki nama kelurahan yang unik-unik itu juga memiliki riwayat tempo dulu. Apa itu? Yaitu, Selingkar Tanah Bengkulu Tempo Dulu. Bagaimana riwayatnya, silakan baca laporan khusus wartawan RADARBENGKULUONLINE.COM    itu secara bersambung  ini sampai tuntas. 

Walaupun tulisan ini belum lengkap, setidaknya bisa jadi bahan masukan untuk semua pihak. Kalau pun ada kekurangan, ini bisa diperbaiki oleh tokoh masyarakat Bengkulu untuk menuju ke arah kesempurnaan.  (*)

 

Tahun 1714 Didirikan Benteng Marlborough 

AZMALIAR ZAROS - Kota Bengkulu

 

RADARBENGKULUONLINE.COM - Pada masa Tuan Daeng  Makule ini, negeri Bangkahulu bertambah ramai. Perdangangan banyak masuk. Tempat-tempat kaum dagang diselenggarakan secara teratur. Sehingga banyak memberi kesenangan pada anak negeri dengan memberi kelonggaran buat bermain sabung dan perjudian secara terbatas.

Kesempatan  bermain yang dianggarkan ini diambil oleh anak negeri untuk mencari kesenangan dan pelesiran.

Pada masa ini juga dibuat undang-undang peraturan bimbang sebagaimana adat bangsawan asli dari raja. Yaitu yang telah disepakati Pangeran yang dua, kepala dagang Datuk Kapten serta datuk yang berempat Kota Bangkahulu.

Tuanku Daeng Makule adalah seorang yang tahu mengatur kemuslihatan, baik di dalam secara kemiliteran maupun di dalam pemerintahan sipil.

Demikian juga didalam secara adat-adat kebangsawanan. Maka dengan ini jalan suasana dalam masyarakat adalah meningkatkan perbaikan ketika itu.

Pada tahun 1714 Benteng Bangkahulu mulai didirikan di Malabro yang dinamakan Fort Marlborough. Pada tahun 1715 Fort Marlborough terbakar dan didirikan baru.

Di sebelah selatan Krui dan Pulau Pisang kompeni Inggris mendirikan gudang-gudang. Pada tahun 1719 anak negeri Bangkahulu melawan kompeni Inggris . Sehingga orang Inggris lari kembali ke kapalnya. Ini terjadi karena orang Inggris itu membeli lada terlampau murah dari anak negeri. Timbanganya juga terlalu kecil.

Pda tahun 1720 Fort Marlborough disudahi dengan 72 meriam. Pada tahun 1738 mula-mula sekali raja yang duduk di Mukomuko ialah raja Sultan Gindam Syah yang mula-mulanya berkedudukan jadi raja di Manjunto.

Pada tahun 1734 kompeni Inggris menaklukkan Selebar di bawah pemerintahan dari kerajaan Bantam. Karena Sultan Bantam berbuat sewenang-wenang  pada negeri Selebar.

Tahun 1724 lahirlah putra Daeng Makule yang dinamakan Tuan Daeng Makrufa ke II. Adapun Tuan Daeng Makrufa ini selagi muda, sebelum ia beristri, ia sangat gemar berlayar di tiap-tiap negeri untuk  meluaskan pemandangan .

Karena zaman Tuan Daeng Makule ini banyak melepaskan orang pergi berdagang. Perdagangan banyak yang  keluar masuk, sehingga menambah ramai negeri Bangkahulu.

Pada masa Tuan Daeng Makule ini datang perampok orang Perancis dengan lima buah kapal. Waktu itu Tuan Daeng Makrufa, anak dari Tuan Daeng Makule ini sedang berlayar ke negeri Blambangan.

Oleh karena jumlah perampok orang Perancis itu jauh lebih besar, maka tiadalah terlawan  oleh kompeni dan angkatan darat Bangkahulu. Sehingga dapatlah diambilnya harta dan barang-barang yang berharga.

Rumah banyak yang rusak dan dibakar . Karena saat itu kompeni dan anak negeri kebanyakan mengundurkan diri ke Huluan, yaitu di Batang Balam.

Pada waktu itu juga Tuan Daeng Makrufa, anak dari Tuan Daeng Makule kembali dari Blambangan. Perahu Tuan Daeng Makrufa sampai di labuhan Bangkahulu.

Kapal Perancis sudah liwat Pulau Tikus dan hampir tak kelihatan lagi. Pada tahun 1752 Tuan Daeng Makule meninggal dunia. Kuburannya di Kampung Bali. Di sebelah ke Pasar Bangkahulu di dalam parit. Ia meninggal dalam usia 71 tahun.

Tuan Daeng Makrufa adalah cucu dari Tuanku Pangeran Mangkuraja. Ketika Tuanku Daeng Makule meninggal dunia, maka anaknya inilah yang menggantikan pekerjaan. Duduk sebagai kepala pejabat militer dan polisi dan diangkat menjadi kepala Dagang. Sehingga pada masa ini makin bertambahlah kekuasaannya.

 

Sebab, ia adalah cucu dari raja Bangkahulu. Batas kekuasaannya sampai di Tapak Jedah terus di Beringin Tanam. Masa inilah orang  Tionghoa banyak datang minta tinggal di Bangkahulu dan mendirikan rumah untuk perniagaan dan berkebun  sayur-sayuran dan minta izin buat buka rumah gadai.

Pada ketika itu, ada terjadi pertempuran di Selebar. Karena orang –orang disitu ada melawan pada pemerintahan negeri. Dengan beberapa pasukan militer yang dikepalai oleh Tuan Daeng Makrufa pergi bersama.

Di dusun rimba  kurang terjadi pertempuran. Oleh karena tiada berlawan oleh oleh orang disana, maka sekalian pemimpin-pemimpin pasukan itu banyak yang lari.

Ada juga yang mengundurkan diri sampai lari menyeberang dusun Jenggalu. Manakala sudah aman, Tuan Daeng Makrufa serta pasukannya barulah pulang ke Bangkahulu.

Tuan Daeng Makrufa ini kawin menjujur orang kaur . Pada tahun 1792 Tuan Daeng Makrufa wafat dan berkubur di Kampung Bali sebelah kiri. Yaitu ke arah Pasar Bangkahulu di dalam parit.(bersambung)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: