Ibadah Puasa dan Tingkatannya

Ibadah Puasa dan Tingkatannya

Dr. Nur Hidayat, M. Ag -adam-

Dari : Masjid Jami' Babussalam, Jalan P.Natadirja KM.8 Kelurahan Jalan Gedang Kecamatan Gading Cempaka

 

Oleh : Dr. Nur Hidayat, M. Ag  (Dosen UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu)

 

RADARBENGKULU.DISWAY.ID - Secara etimologi puasa adalah al-imsaku  yang berarti menahan. Sementara itu secara terminology para ulama mengatakan bahwa puasa adalah menahan diri dari makan, minum dan segala sesuatu yang membatalkannya mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari yang disertai dengan niat.

BACA JUGA:Hindari Uang Palsu, Tukarkan Uang Anda Melalui Kasling atau Gerai Resmi Lainnya

 

 

Puasa Ramadan mulai disyariatkan pada tahun kedua Hijriah. Itu bertepatan dengan tahun 624 Masehi. Menurut sejarah, sebelum Nabi Muhammad SAW mendapat perintah puasa Ramadan, nabi telah melaksanakan beberapa puasa. Seperti puasa tiga hari setiap bulan. Membahas tentang puasa, ada beberapa sisi lain yang perlu kita ketahui. Antara lain : 

1. Puasa Telah Diwajibkan Pada Umat Terdahulu 

Jika ada orang yang beranggapan bahwa menjadi umat Nabi Muhammad SAW adalah berat karena harus berpuasa, salat dan zakat, maka anggapan itu adalah keliru. Karena umat para nabi terdahulu juga diperintahkan berpuasa dan ibadah lain meskipun tidak sama persis dalam pelaksanaannya.

Sebagaimana firman Allah dalam al-Baqarah yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Jika kita cermati ayat Al-Qu’an Allah SWT menyatakan, “sebagaimana puasa itu telah diwajibkan bagi orang sebelum kamu,” berarti para umat terdahulu sudah diperintahkan berpuasa dan konon rata-rata mereka lebih dari sebulan melaksanakannya.

Dapat kita bayangkan, bagaimana jika kita harus mengikuti Nabi Daud AS yang harus berpuasa berselang seling dalam setahun penuh. 

 

2. Puasa Bukan Hanya Dilakukan Manusia

 Hasil penelitian telah menyingkap bahwa ternyata puasa bukan hanya dilakukan manusia, tetapi makhluk lain. Seperti binatang juga berpuasa. Pada saat tertentu beberapa jenis ikan berdiam diri berada di dasar laut/sungai tidak mencari makan, demikian juga beberapa jenis burung.

Bahkan yang menakjubkan beberapa jenis ikan dan katak di daerah kutub pada musim dingin ia akan dengan “berpuasa” membeku berada dalam es selama berbulan-bulan tidak makan dan tidak minum, bahkan tidak bergerak.

Setelah melaksanakan puasa, makhluk-makhluk ini muncul kembali dengan kegiatan yang lebih dinamis dan lebih segar. Malah ada diantaranya yang tumbuh lebih sempurna dan lebih sehat. Binatang-binatang itu berganti kulit dan burung-burung berganti bulu yang lebih menarik. 

Jika manfaat puasa dapat dirasakan oleh binatang, apalagi manusia yang bertindak lebih aktif dengan akalnya, melakukan aktivitas jauh lebih bervariasi daripada gerak-gerak binatang yang bersifat naluri. 

 

3. Puasa Baik Untuk Kesehatan

Berkaitan dengan puasa yang diperintahkan Allah SWT kepada orang beriman rasulullah bersabda yang artinya:  Berpuasalah kalian niscaya akan sehat.  

Dalam memahami hadist tersebut tentu saja bukan berarti puasa menjadi obat bagi orang yang sakit, sehingga jika seseorang sakit lalu ia berpuasa maka akan sembuh. Akan tetapi, hadis tersebut adalah penjelasan bahwa puasa dapat menjaga kesehatan seseorang.

Para ahli kesehatan menemukan hubungan antara puasa dengan kesehatan, yaitu, puasa mengistirahatkan organ pencernaan, sehingga menjadi segar kembali. Hal ini disebabkan selama berpuasa pencernaan beristirahat sejenak dari mengolah makanan yang dimakan manusia.

Selain itu, saat berpuasa tubuh akan menggunakan zat-zat makanan yang tersimpan.  Jika zat-zat tersebut habis, maka mulailah digunakan atau dioksidasi jaringan-jaringan tertentu yang telah tua dan selanjutnya memberi kesempatan bagi peremajaan sel-sel hingga lebih aktif. 

 

Berkaitan dengan orang yang berpuasa, Imam Al-Ghazali membagi dalam 3 tingkatan. Yaitu :

 

Tingkatan pertama: PUASA ORANG AWAM

Yaitu mereka yg berpuasa hanya sekadar tidak makan dan tidak minum. Mereka berpuasa, tetapi panca inderanya masih digunakan untuk melakukan dosa. Mulutnya masih mencaci, memfitnah dan ghibah.

Demikian juga anggota badan yang lain. Puasa inilah kemungkinan yang disinyalir oleh nabi bahwa mereka tidak akan mendapat apa-apa kecuali lapar dan dahaga sebagaimana sabdanya : Banyak orang berpuasa, tetapi tidak mendapat apa-apa kecuali lapar dan dahaga.

 

Tingkatan kedua: PUASA ORANG KHUSUS

Yaitu mereka yang berpuasa bukan hanya tidak makan dan tidak minum, tetapi juga selalu berusaha menjaga panca inderanya untuk tidak melakukan dosa. Mereka berpuasa selain tidak makan dan tidak minum, mereka juga selalu menjaga mulutnya untuk tidak berkata dusta, ghibah dan fitnah.

Mereka menjaga matanya dari melihat sesuatu yang dilarang Allah SWT. Mereka menjaga pendengaran dan panca indera lainnya dari hal-hal yang dilarang Allah SWT. Tingkatan puasa ini lebih baik dari tingkat sebelumnya.

 

Tingkatan ketiga: PUASA ORANG YANG LEBIH KHUSUS

Yaitu mereka yang berpuasa tidak makan, minum dan selalu menjaga panca inderanya dari perbuatan dosa. Selain itu, mereka selalu menjaga hatinya agar selalu ingat kepada Allah SWT, berzikir baik dalam bentuk zikir khafi maupun zikir jali.

Zikir khafi adalah zikir dalam hati yang tidak dilafadzkan dalam bentuk kata-kata dan suara. Sedangkan zikir jali adalah zikir yang dilafadzkan seperti membaca tasbih, takbir dan membaca Al-Qur’an. 

 

Sebagai orang beriman, kita harus selalu mengevaluasi diri dalam rangka memperbaiki kekurangan sebelumnya. Jika tahun-tahun yang lalu puasa kita terasa kurang sempurna atau dalam tingkatan pertama, maka harus bertekad untuk memperbaiki agar mencapai tingkatan kedua, bahkan tingkatan ketiga.

Puasa tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, namun juga menahan panca indera dari perbuatan buruk serta menjaga hati agar selalu ingat kepada Allah SWT.

 

 

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: