Khotbah Idul Fitri: Kebahagiaan Terasa Lebih Nikmat Saat Dirayakan Bersama Orangtua

Khotbah Idul Fitri: Kebahagiaan Terasa Lebih Nikmat Saat Dirayakan Bersama Orangtua

Drs. H. Henderi Kusmidi, M.H.I-Adam-

Oleh : Drs. H. Henderi Kusmidi, M.H.I

(Dosen UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu & Imam Masjid Besar Jami’ Babussalam Kota Bengkulu)

 

 

 

RADARBENGKULU.DISWAY.ID - Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah salat Idul Fitri rahimakumullah.

Tiada ungkapan yang paling layak dan indah kita ucapkan pada kesempatan yang mulia ini, selain kalimat Alhamdulillahirabbil alamin.

Puja dan puji syukur kepada Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah menganugerahkan berbagai nikmat yang tidak sanggup kita menghitung satu persatu.

Diantara nikmat agung itu adalah masih diberinya kita kemampuan untuk menghirup udara dunia sekaligus anugerah umur panjang sehingga kita masih bisa beribadah kepada-Nya serta masih berkesempatan untuk berkumpul bersama orang-orang yang kita cintai di sekeliling kita.

Semua ini adalah nikmat yang agung. Terlebih pada momentum Hari Raya Idul Fitri yang menjadi perayaan kemenangan dan kebahagiaan, buat orang-orang yang berpuasa dengan penuh keimanan dan penuh harapan semata-mata karena Allah, maka sungguh beruntunglah orang yang berpuasa dengan benar.

Sungguh merugilah orang-orang yang lalai dan tidak sunguh-sungguh, apalagi sampai tidak berpuasa tanpa adanya uzur syar’i atau halangan yang dibenarkan agama apalagi sampai menodai bulan Ramadan dengan hal-hal yang dimurkai Allah SWT. 

Hari raya Idul Fitri ditandai dengan takbir, tahmid, dan tahlil berkumandang di berbagai penjuru dunia menandai kembalinya fitrah umat Islam bagi orang-orang yang berpuasa dengan penuh keimanan dan penuh perhitungan, maka ia akan seperti bayi yang terlahir kembali ke dunia ini. 

Berbeda dengan lebaran, tidak berpuasapun bisa lebaran, tidak salat pun boleh lebaran dan tidak berzakat boleh lebaran. Bahkan kafirpun sekalipun boleh lebaran, tetapi tidak dengan Idul Fitri.

Karena Idul Fitri hanyalah milik orang-orang yang berpuasa dengan benar dan sesuai syari’at Islam.

Kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia. Pada hari ini kita berbahagia bersama dan saling menyampaikan doa dan bermaafan.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang beruntung atau menang.

Sebuah doa yang berisi harapan mendalam agar setelah melaksanakan rangkaian ibadah di bulan Ramadan ini kita akan benar-benar kembali suci dan beruntung mencapai kemenangan dengan predikat sebagai orang-orang yang bertakwa. 

Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah. Kebahagiaan yang kita rasakan ini tentu sangat kurang lengkap jika dirayakan sendiri.

Kebahagiaan akan terasa lebih nikmat jika bisa dirayakan dengan berkumpul bersama orang-orang yang kita cintai, ayah dan bundaku kita, saudara kita, kolega maupun mitra kerja kita. Hal inilah yang memunculkan sebuah tradisi ritual “Mudik”.

Sebuah tradisi berisikan kerinduan di tanah rantau untuk pulang melihat kembali tanah kelahiran. Sebuah tradisi luhur untuk berkumpul dengan keluarga, mengingat kembali masa kecil sekaligus bersimpuh sungkeman dalam pelukan kedua orang tua kita. 

Mudik tidak hanya memiliki dimensi makna sekedar pulang kampung saja. Didalamnya terkandung dimensi spiritual yang nilainya tidak bisa diukur dengan materi dunia.

Jarak jauh melintasi laut dan sungai, medan terjal dan jalan berliku, ditambah waktu, tenaga, serta biaya yang harus dikeluarkan untuk mudik, tidaklah menghalangi rasa kangen berkumpul bersama keluarga.

Teknologi canggih seperti telepon, media sosial, maupun video call juga tidak akan bisa menggantikan kualitas pertemuan langsung dengan sanak kerabat di kampung halaman.

Kemewahan perkotaan takkan bisa menggantikan manisnya kenangan kesederhanaan bersama keluarga yang kita cintai dan kita sayangi dihari yang fitri ini. 

Kerinduan kepada tanah kelahiran seperti ini juga pernah dirasakan oleh Nabi Muhammad SAW seperti yang tersebut dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi :

Artinya: “Berkata Rasulullah saw, “Alangkah indahnya dirimu (Makkah). Engkaulah yang paling ku cintai. Seandainya saja dulu penduduk Mekah tidak mengusirku, pasti aku masih tinggal di sini” (HR al-Tirmidzi). 

Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah, Jika kita renungkan lebih mendalam, hakikat mudik adalah kembali ke pangkuan orang tua.

Sosok paling berjasa yang telah melahirkan kita ke dunia ini, sosok yang telah menjadi pahlawan kesuksesan kehidupan kita.

Janganlah sombong dengan keberhasilan dan apapun yang telah kita raih dalam kehidupan ini. Semua itu tidak akan lepas dari jasa dan doa kedua orang kita.

Bagaimana pun kondisi orang tua kita, mereka adalah sosok yang harus kita cintai, hormati, dan patuhi. Orangtua kita adalah keramat hidup kita yang sakral di dunia ini.

Karena keridhaan dan keikhlasan orang tua akan menjadi sumber kesuksesan kehidupan kita di dunia. Sebaliknya kemarahan mereka adalah merupakan sebuah kemurkaan dan bencana dalam kehidupan kita. Rasulullah bersabda :

Artinya: "Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan kemarahan Allah tergantung kemarahan orang tua. 

Allah  telah mengingatkan kita untuk senantiasa berbuat baik kepada orang tua. Jangan membentaknya, jangan pernah sekali-kali berkata kasar kepada mereka. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 23 :

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik”. 

Hadirin rahimakumullah, Mudik lebaran kali ini bisa menjadi momentum tepat untuk bersimpuh kepada kedua orang tua kita atas segala khilaf dan kesalahan yang selama ini telah kita perbuat.

Mari kita tekatkan dalam hati kita untuk tidak menyakiti hati, perasaan dan fisik mereka. Kita harus sadar bahwa jasa dan perjuangan mereka tidak akan pernah akan terbalas dan tak terbayar lunas dalam bentuk apapun. 

Demi Allah, demi Rasulullah, sebanyak apapun kita berikan, apapun yang pernah kita serahkan kepada orang tua kita, tidak akan pernah setimpal dengan perjuangan dan pengorbanan mereka dalam merawat dan membesarkan kita. 

Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah, Mudik lebaran kali ini mari kita raih kedua tangannya. Peluk cium tubuh mereka yang dulu kekar merawat kita namun sekarang sudah mulai lemah dan menua karena usia.

Mintalah keridhaan dan keikhlasan dari mereka berdua untuk bekal hidup kita. Bagi kita yang orang tuanya sudah dipanggil Allah, mari kita ziarahi makam mereka. Kunjungi dan bersihkan pusaranya. Kita perlu sadar, bahwa mereka di sana sangat menunggu kiriman doa anak keturunanya yang sholih & sholihah.

Mereka pasti akan tersenyum melihat kehadiran dan doa yang kita panjatkan. Dan sebaliknya, mereka pasti akan sangat bersedih ketika kita tidak mendoakannya karena hanya itulah yang mereka harapkan di alam sana. 

Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah, Selain kepada orang tua, mari juga saling memaafkan dosa dan kesalahan dengan orang-orang yang ada dalam kehidupan kita.

Tidak ada manusia yang sempurna. Semua pasti memiliki dosa dan kesalahan kepada sesama. Sehingga lebaran menjadi ini salah satu momentum tepat untuk saling memaafkan.

Semoga semua dosa kita kepada Allah, orang tua dan kepada sesama akan diampuni sehingga kita akan menjadi insan yang kembali suci mendapatkan kemenangan. Amin.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: