Memperbaiki Kehidupan dengan Manajemen Salat

Memperbaiki Kehidupan dengan Manajemen Salat

Drs. H. Paimat Solihin-Adam-radarbengkulu

Salat Subuh kesiangan. Salat Dzuhur mepet ke waktu Ashar. Shalat Ashar mepet ke waktu Maghrib, Salat Maghrib kelewatan karena di jalan. Salat Isya udah kelelahan.

Lantas, bagaimana caranya memperbaiki hidup dengan salat? Sederhana saja. Coba perbaiki salat kita. Apa yang bisa dilakukan, dari segi waktu mari kita membiasakan salat tepat waktu. Kalau sudah ada panggilan salat, segera kita laksanakan.

 

Walaupun ayat ini sepertinya dikhususkan untuk salat Jumat, namun dapat kita jadikan pula untuk panggilan sholat lima waktu. Kalau sudah ada panggilan untuk melaksanakan salat, maka bersegeralah kita memenuhi panggilan tersebut.

Ada fenomena yang kerap terjadi di masyarakat, misalnya dalam acara sidang, atau rapat, tiba tiba terdengar suara adzan, maka kegiatan diskor untuk menghormati adzan. Tapi sehabis adzan, acara dilanjutkan. Bahkan lebih seru lagi dengan usul dan interupsi. Bukannya justru mengarahkan untuk melaksanakan salat, tapi justru salat terabaikan.

 

Dari segi tempat, melaksanakan salat, mari kita  berjamaah di masjid, sebagaimana hadis Rasulullah yang artinya: “Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian berjalan ke salah satu rumah Allah (masjid) untuk melaksanakan kewajiban yang Allah tetapkan, maka kedua langkahnya yang satu menghapus kesalahan dan satunya lagi meninggikan derajat.” Artinya: “Shalat berjamaah lebih utama 27 derajat dibanding saalat sendirian.”

Dari segi kaifiyat pelaksanaan salat, mari kita kerjakan dengan tumakninah dalam melaksanakan salat, tidak terlalu cepat, tidak gerasa gerusuh, memahami arti bacaan salat, dan memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan berdoa sebelum dan sesudah salat.

 

Dari segi etika salat, mari  kita biasakan salat berjamaah. Ada yang ditetapkan sebagai Imam, bagi mereka yang sudah memenuhi keriteria.

Seperti  mengetahui syarat dan rukun salat, serta perkara yang membatalkan salat, Fasih dalam membaca ayat-ayat Al-Qur’an, luas wawasan ilmu agamanya, Berakal sehat, dan sudah baligh. Jika seorang imam batal, maka dia harus mundur dan jamaah yang dibelakangnya maju menggantikan imam, dan melanjutkan gerakan dan bacaan salat hingga selesai.

 

Artinya, imam pengganti tidak perlu mengulangi salat dari awal lagi.  Jika imam keliru, maka makmum berhak menegur, dengan cara mengucapkan subhanallah bagi laki-laki. Jika keliru dibagian gerakan salat, dan dibenarkan bacaan jika kekeliruan imam dalam bacaan,  dan perempuan dengan talfiq.

Seandainya etika salat berjamaah ini kita umpamakan kepada etika kepemimpinan bernegara, maka yang pertama harus kita memilih pemimpin yang memenuhi kriteria Kepemimpinan setidaknya memiliki sifat Siddiq, artinya benar, Amanah, artinya dapat dipercaya,  tabligh, artinya menyampaikan dan fathonah, artinya cerdas.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radarbengkulu