Korban Polusi Udara Batubara di Teluk Sepang Makin Mengkhawatirkan

Korban Polusi Udara Batubara di Teluk Sepang Makin Mengkhawatirkan

Polusi udara yang diduga akibat aktivitas batubara di wilayah kelurahan Teluk Sepang makin mengkhawatirkan, warga bernama Upik Lela mengalami Dyspnea PPOK-poto kanopi hijau indonesia-

Awal sakitnya sendiri terjadi tidak lama setelah kejadian adanya stockpile yang terbakar. 

Terbakarnya stockpile ini terjadi selama kurang lebih 2 bulan, bau menyengat menghantam wilayah RT 14 kelurahan teluk sepang. Kediaman Upik Lela hanya berjarak 125 Meter dari stokpile.

BACA JUGA:3.549 Jiwa Warga Kelurahan Teluk Sepang Tagih Janji Pemerintah Kota Bengkulu, Perbaiki Jembatan Penghubung

BACA JUGA:Menanti Keadilan dari Penegak Hukum Terkait PLTU Baru Bara Teluk Sepang

Cimbyo Layas Ketaren, Manager Kampanye Energi Kanopi Hijau Indonesia menyatakan bahwa lalu lintas angkutan batubara telah membuat wilayah jalan yang digunakan warga teluk sepang diselimuti debu batubara, sementara stockpile dengan jumlah 19 tumpukan yang menumpuk sepanjang 2,3 KM tidak dikelola secara benar. 

 

"Tumpukan batubara dibiarkan terbuka. Akibatnya adalah terjadi pelepasan panas akibat swabakar. Serta saat hujan menimbulkan air tirisan yang bercampur senyawa batubara, air tirisan ini akan mencemari tanah dan sumur warga," kata Cimbyo.

Berdasarkan pemantauan yang dilakukan tim Posko Lentera, jalan dari PELINDO sampai ke stockpile kondisinya rusak parah serta  banyak debu beterbangan.

Begitupun dengan tumpukan batubara, kondisinya dibiarkan terbuka tanpa penutup tanpa drainase.

Situasi ini dapat dipastikan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan dan berakibat buruk terhadap kesehatan kaum rentan yang tinggak di Teluk Sepang. 

"Kami juga melakukan pemantauan terhadap aktivitas PLTU batubara melalui panduan RKL/RPL PLTU batubara Teluk Sepang, kami melihat bahwa FABA dibuang secara  sembarangan. FABA adalah abu hasil pembakaran batubara, abu ini mengandung senyawa Silika, NoX dan SoX yang daoat gangguan pernapasan dan kerusakan paru paru," kata Cimbyo.

Ali Akbar, ketua Kanopi Hijau Indonesia menyatakan bahwa.

"pengelolaan lingkungan yang buruk akan berdampak terhadap kaum rentan, kaum rentan tersebut adalah kelompok orang dengan usia lanjut dan anak. Dapat dibayangkan nasib 783 anak dan 500 lebih lansia dari total jumlah penduduk 3549 orang di Teluk Sepang, mereka akan menjadi korban pertama dari buruknya model kelola lingkungan. Tidak ada harapan baik dari tumbuh kembang anak dari daerah yang lingkungannya kotor. Mereka akan menghabiskan energi untuk melawan serangan penyakit, sementara manula yang memang sudah rentan akan terpapar berbagai penyakit". (Siaran pers Kanopi Hijau Indonesia)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: