Mengembalikan Kejayaan Bengkulu Lewat Jalur Rempah yang Terkenal di Dunia

Mengembalikan Kejayaan Bengkulu Lewat Jalur Rempah yang Terkenal di Dunia

Bengkulu dikenal penghasil rempah kedua terbaik di dunia-Ist-

Pengetahuan soal rempah ini harus menjadi pengetahuan umum orang Bengkulu. Pengetahuan mengenai herbal, pengetahuan mengenai tanaman obat, tumbuhan yang berkaitan dengan obat, itu harus menjadi pengetahuan umum. 

 

"Kita masyarakat Bengkulu tidak pernah diberitahu berapa Poundsterling saat itu yang dihasilkan penjajah dari Bengkulu, berapa duit? nah, hal ini perlu diberitahu betapa kayanya SDA hasil bumi Bengkulu kala itu, lalu berapa juta ton pala, lada, cengkeh yang dihasilkan Belanda kala itu dari bengkulu, berapa duitnya dalam sekian tahun? ini harus dikasih tahu kemasyarakat bahwa kita masyarakat Bengkulu dalam periode tertentu itu mampu menghasilkan berapa ribu, berapa juta ton rempah dan berapa rupiah hasilnya,"katanya. 

 

Prof. Sarwit Sarwono juga menegaskan, kalau ini disosialisakan dan dikonversikan lalu diseminasi informasi dengan baik, dapat dibandingkan, berapa perbandingan hasil satu batang pala dengan satu batang sawit. Berapa duit yang bisa dihasilkan dari kedua batang tersebut. Pertimbangan antara kedua batang itu mulai dari resiko konservasinya seperti apa? nilai ekonomisnya berapa ? resiko konservatifnya seperti apa, kerusakan lingkungan, hilangnya sumber air, dll ? itu yang selama ini kita tidak tahu. dan itulah yang mestinya diberitahu kepada kita selama ini. 

 

Ini perlu, Kata Prof. Sarwit, ini supaya apa ? supaya apa yang dulu menjadi ladang emasnya (rempah) itu ada dan tumbuh lagi. Bukan sawit lagi, bukan batu bara lagi. 

 

Lalu apakah kita sudah terlambat untuk membangun kembali kejayaan masa lampau Bengkulu ? Menurut Prof. Sarwit tentu bisa. Ini semua tergantung kemauan kita masyarakat, pemerintah yang diikuti dengan kebijakan. 

 

Selama ini pemerintah sebagai penentu kebijakan tidak pernah membangun narasi berkaitan potensi rempah di Bengkulu, narasi mebangun jalur rempah kita tidak pernah muncul ke permukaan. Dalam rancana induk pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang pun tidak pernah muncul narasi jalur rempah ini. 

 

Padahal portensinya luar biasa, kita sama-sama tidak juga pernah mendengar, tidak ada juga pemberian pengetahuan berkaitan hitung-hitungan ekonomis tanaman rempah. Kita tidak pernah diceritakan adanya narasi tentang hitungan plus minus menguntungkan tanam rempah, resiko kerusakan alamnya dll. Taunya sawit, karet dan batu bara saja potensinya.  

 

Tinggal pilih dan tentukan. Mana yang lebih baik untuk masa depan, menanam pala, lada, cengkeh dll dibandingkan tanaman lain. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: