Desa BP II Juara 3 Nasional Perpustakaan Desa

Sabtu 14-09-2019,10:01 WIB
Reporter : radar
Editor : radar

Program Satu Desa Satu Perpustakaan, Berbasis Inklusi Sosial

RBO, BENGKULU - Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah provinsi Bengkulu, H Meri Sasdi, M.Pd memiliki program satu desa satu Perpustkaan di Bengkulu. Tak lagi sama dengan perpustakaan sebelumnya yang bersifat konvesional, Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah tengah menyiapkan perpustkaan berbasis inkulsi sosial.

Dihubungi via handphone, H Meri Sasdi mengatakan terlebih dahulu membuat regulasinya. Dia mengatakan selama ini pengembangan perpustakaan di daerah hanya mengandalkan UU No 43 tahun 2007 saja.

"Selain UU, didaerah kita juga akan memiliki Peraturan Gubernur (Pergub) tentang transformasi perpustkaan berbasis inklusi sosial di Bengkulu. Dengan begitu nanti perpustakaan di desa ini tidak hanya sekedar tempat baca dan pinjam buku saja, tapi ada aktivitas lain yang tujuannya mengatasi persoalan di desa tersebut," Katanya.

Disisi lain, Meri Sasdi juga menyampaikan bahwa pihak dinas dan para pustakwan membina masyarakat untuk gemar membaca. "Seperti contohnya desa lestari Bukit Peninjauan II Kecamatan Sukaraja, Seluma yang berhasil menjadi jura 3 nasional pada lomba perpustakaan desa/ kelurahan. Itu pustakawan kita Pak Toni Hartanto dan tim terus melakukan pembinaan, edukasi dan lain-lain terhadap pentingnya keberadaan perpustakaan desa dalam rangka memperkuat, mencerdaskan masyarakat desa. Alhamdulillah keberhasilan juara nasional ini menambah dukungan para Kepala Daerah seperti Bupati untuk Perpustakaan Desa berbasis Inklusi sosial," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan & Pembudayaan Gemar Membaca, Sutini,S.Pd, MM mengatakan, ilmu pengetahuan merupakan upaya untuk merubah kualitas hidup manusia. Salah satu sumber ilmu pengetahuan tersebut dapat didapat melalui Perpustakaan. Dengan hadirnya Perpustakaan di tengah-tengah masyarakat diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat.

Ditambah lagi perpustakaan sekarang sudah berbasis inkulsi sosial. Itu artinya di perpustakaan tidak lagi hanya tempat baca buku namun juga ada kegiatan lain dipsuatkan disana, misalkan saja aktivitas desa untuk melatih keterampilan menjahit, peningkatan ekonomi masyarakat desa, dan lain-lain.

“Sebagai contoh Pengelolaan perpustakaan Lestari ini menggunakan cara berbasis inklusi sosial yaitu dengan memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan potensinya dengan pemberdayaan lansia dan janda yang buta huruf," singkat dia. (ae2)

Tags :
Kategori :

Terkait