Bertamu, Dua Pejabat Desa di Mukomuko Digerebek Warga

Minggu 07-06-2020,19:54 WIB
Reporter : radar
Editor : radar

RBO  >>>   MUKOMUKO   >>>   Dua orang perangkat desa di Kabupaten Mukomuko, digerebek warga kemarin. Yakni, berinisial Ris yang menjabat sebagai salah seorang perangkat desa dalam wilayah Kecamatan Teras Terunjam dan inisial DS yang menjabat sebagai salah seorang pejabat Desa dalam Kecamatan Air Manjuto. Mereka ini digerebek saat sedang bertamu dan silaturahim bersama keluarga mereka.

Sudah sekitar satu bulan, keduanya menjalin status berpacaran. Layaknya seperti pasangan anak muda, petinggi desa Ris ini kerap bertandang ke rumah DS. Termasuk juga malam mingguan. Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka semakin serius. Ris sudah mengutarakan niat untuk menikahi DS. Bahkan agar status mereka menjadi jelas, ia siap menikahi secara siri.

Belum sempat niat itu terlaksana, nasib sial menimpa mereka. Pada Sabtu malam (6/6) sekitar pukul 21.15 WIB, keduanya digerebek warga di rumah DS.

 Berstatus Janda dan Duda Ketika dikonfirmasi kemarin, Minggu (7/6) via telepon, Ris membenarkan ia sedang berpacaran dengan DS. Mereka memutuskan untuk menjalin hubungan tersebut bukan tanpa sebab. Keduanya saat ini menyandang status janda dan duda. Hanya saja, proses perceraian Ris dengan istri pertamanya belum tuntas menurut peraturan Perundang-Undangan RI.

Ia juga mengaku, sebulan terakhir, atau saat resmi berpacaran, memang kerap bertandang ke rumah DS. Selain bersilaturahmi dengan keluarga wanita yang akan ia persunting, kedatangan dia ke rumah DS untuk melamar serta memastikan jawaban orang tua sang wanita.

"Beberapa hari sebelum kejadian semalam itu, malam Selasa kalau gak salah, saya sempat ketemu dengan Bapaknya DS. Saya menyampaikan niat baik saya. Maksud saya, karena surat perceraian saya belum selesai, saya berniat menikahi DS secara siri dulu. Orang tuanya masih mau berembuk dengan keluarganya dulu. Jawabannya, janjinya malam Minggu kemarin. Makanya saya datang lagi ke rumah dia," beber Ris.

Dilanjutkannya, usai mendengar jawaban calon mertuanya, ia dibuatkan kopi oleh DS. Ngobrol di ruang tamu, bersama anak dan ibu DS. Sekira pukul 21.00 lewat sedikit, ada warga yang mendatangi rumah DS. Satu orang masuk ke dalam, beberapa orang menunggu di luar. Warga menanyakan siapa lelaki yang berada di rumah DS yang sedang menjada pada malam hari.

"Sesuai janji, jawaban orang tua DS sudah saya dengar. Keluarganya memutuskan langsung nikah resmi saja. Artinya, pernikahan kami, kemungkinan setelah surat perceraian saya keluar. Sekitar satu bulan setengah lagi. Sudah, ya seperti biasa, kami ngobrol di ruang tamu. Ada anaknya, ibunya DS, saya dibuatkan kopi. Sekitar jam 9 lewat lima menitlah (21.05 WIB) ada warga yang datang, nanya, saya ini siapa. Ya, DS jawab, ini calon suami saya. Itu ada satu orang yang masuk ke dalam ruang tamu, beberapa orang nunggu di luar," ungkap Ris menceritakan kronologis kejadian.

 Dituntut Mundur Kata Ris, ia tidak mengetahui secara pasti apa yang sedang berkembang di tengah masyarakat desa setempat. Masyarakat terus berdatangan ke rumah DS. Orang tua DS juga sudah menjelaskan, Ris bertandang ke rumah anaknya atas seizin dirinya, dan pada malam itu ada hal yang ingin disampaikan menyangkut rencana pernikahan keduanya. Namun, massa sudah terlanjur tersulut emosi. Diduga berkembang, keduanya melakukan perbuatan amoral. Akhirnya, keduanya digiring ke Kantor Desa untuk menjalani persidangan. Sebagian warga bersikeras menuntut DS mengundurkan diri. Bak suporter bola, puluhan warga terus berteriak. "Mundur, kami tidak mau dipimpin orang yang tidak benar," begitu teriakan warga yang dapat disimak Radar Bengkulu. Sementara, Ris dan DS mengklarifikasi tuduhan warga. Kedua menjelaskan, mereka, sama sekali tidak melakukan perbuatan amoral. "Demi Allah, kami tidak ada berbuat amoral. Waktu kami didatangi warga, kami sedang di ruang tamu. Ngobrol biasa, ada anaknya, ada ibunya. Pintu rumah terbuka lebar. Saya dituduh setiap berkunjung pulangnya selalu larut malam. Kata mereka di atas jam 12 malam. Demi Allah, tidak pernah itu. Saya pulang selalu di bawah jam 10 malam. Saya juga petinggi desa, saya paham etika bertamu," bebernya lagi. Ia membenarkan, ada desakan sejumlah warga meminta DS mundur. Tapi menurutnya, tuntutan itu tidak berdasar. Katanya, ia bertandang ke rumah wanita pujaannya layaknya tamu biasa. Masih dalam batas wajar. Jauh dari perbuatan yang melanggar norma. "Kami kan di ruang tamu. Kecuali kami ditangkap sedang berduaan di dalam kamar. Bukan hanya DS yang bakal dituntut mundur, saya juga bisa dituntut mundur oleh warga saya," tuturnya.(sam)
Tags :
Kategori :

Terkait