Hingga 2024, Target 50 Juta Masyarakat Indonesia Melek Literasi Digital

Selasa 31-08-2021,16:14 WIB
Reporter : radar
Editor : radar

RBO, KAUR - Sesuai dengan arahan Bapak Presiden Republik Indonesia tentang pentingnya Sumber Daya Manusia yang memiliki talenta digital maka Kementerian Komunikasi dan Informatika selain meningkatkan infrastruktur digital, juga melakukan program pengembangan sumber daya manusia talenta digital. Kemkominfo melalui Direktorat Pemberdayaan Informatika, Ditjen Aptika memiliki target hingga tahun 2024 untuk menjangkau 50 juta masyarakat agar mendapatkan literasi di bidang digital dengan secara spesifik untuk tahun 2021.

Target yang telah dicanangkan adalah 12,5 juta masyarakat dari berbagai kalangan untuk mendapatkan literasi dibidang digital. Hal ini menjadi sangat penting untuk dilakukan mengingat penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Internet saat ini sudah semakin masif dan pentingnya peningkatan kemampuan dan pemahaman masyarakat dalam penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan internet yang benar melalui implementasi program literasi digital di daerah. Berkenaan dengan hal tersebut, Kemkominfo melalui Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika menyelenggarakan kegiatan Webinar Indonesia Makin Cakap Digital di Wilayah Sumatera di 77 Kab/Kota dari Aceh hingga Lampung, Senin, 9 Agustus 2021, Jam 09.00 WIB.

Sebagai Keynote Speaker, Gubernur Provinsi Bengkulu yaitu, Dr. drh. Rohidin Mersyah, M.M.A., memberikan sambutan tujuan Literasi Digital agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, bermanfaat dalam membangun daerahnya masing masing oleh putra putri daerah melalui digital platform. Bp. Presiden RI, Bapak Jokowi juga memberikan sambutan dalam mendukung Literasi Digital Kominfo 2021.

DR. HARLIANTARA, DRS., M.SI (Dosen UNITMO Surabaya dan Konten Kreator), pada sesi KECAKAPAN DIGITAL. Harlianta memaparkan tema “PENTINGNYA MEMILIKI DIGITAL SKILL DI MASA PANCEMI COVID-19”. Dalam pemaparannya, Harliantara menjelaskan keterampilan digital akan menjadi modal utama bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-cita sebagai Negara maju pada thun 2045. Keterampilan digital tidak hanya penting untuk sektor teknologi, namun juga sektor nonteknologi. Kemampuan digital yang diburuhkan di era digital, antara lain membuat suatu program, membangun dan mengembangkan web, UI/UX desain, pembuatan aplikasi, copywriting, pemasaran media sosial, serta mampu melakukan suatu pekerjaan dengan mudah dan cepat. Masayarakat digital identic dengan kebiasaan interaksi dengan media baru melalui konsep metode baru dalam berkomunikasi di dunia digital dan memungkinkan orang-orang dari kelompok-kelompok kecel berkumpul secara online, berbagi, menukar barang, serta informasi. Implementasi masyarakat digital melakukan interaksi tidak hanya bertatap muka, hadir secara fisik, ragawi, seperti masa lalu, tetapi virtual melalui media sosial.

Dilanjutkan dengan sesi KEAMANAN DIGITAL, oleh I GEDE PUTU KRISNA JULIHARTA, S.T., M.T (Wakil Ketua III STMIK Primakara dan Praktisi TIK). Putu mengangkat tema “PHISING: APA ITU DAN BAGAIMANA CARA MENGHINDARINYA?”. Putu membahas phishing merupakan praktik pengelabuan online dengan cara mengirim email, SMS, pesan whatsapp, facebook, instagram, dan lain-lain, yang isinya penipu mengaku berasal dari perusahaan terkemuka, pemerintah, teman, atau keluarga untuk membujuk seseorang agar mengirimkan data pribadinya seperti, password, PIN aplikasi, kode OTP, atau kode yang dikirimkan oleh aplikasi ke SMS. Aplikasi di gawai yang digunakan untuk phishing ialah, SMS, telepon, email, whatsapp, instagram, facebook, dan situs web.

Cara mengenali phishing antara lain, pesan phishing biasanya menggiring seseorang untuk mengklik tautan (link) yang berisi situs yang mirip dengan aslinya, jika seseorang menerima pesan chat di media sosial atau panggilan telepon dengan berbagai cara, yang meminta pembaruan atau verifikasi data pengguna, ada kesalahan, maka cek terlebih dahulu pesan itu secara menyeluruh, serta tidak memberikan kode apapun. Cara menghindari phishing diantaranya, aktifkan 2FA atau dua step autentikasi, tidak memberikan data pribadi, tidak klik link mencurigakan, verifikasi lebih dahulu keamanan situs web, update aplikasi browser web dan aplikasi penting, serta waspadai iklan online.

Sesi BUDAYA DIGITAL, oleh SASTRIANA (Kepala Bidang Keluarga Berencana Dinas PPKBPPPA Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu). Sastriana memberikan materi dengan tema “MULTIKULTURALISME DALAM RUANG DIGITAL”. Sastriana menjelaskan multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan, dan tindakan oleh masyarakat sebuah negara yang majemuk (terdiri dari beragam etnis, budaya, agama dan lain-lain), tetapi punya cita-cita bersama untuk mengmbangkan semangat kebangsaan dan punya kebanggaan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut. Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih tatanan sosial atau kelompok yang secara kultural, ekonomi, dan politik dipisahkan. Masyarakat ini punya struktur kelembagaan yang berbeda satu sama lain. Teknologi digital adalah teknologi yang menggunakan sistem komputerisasi yang terhubung internet.

Pada satu sisi, informasi yang melimpah ruah menjadi jalan untuk membuka akses pengetahuan, layanan, kemudahan yang luas bagi masyarakat, tapi pada sisi lainnya dapat mengakibatkan reproduksi perbedeaan bahkan kebencian begitu mudah terjadi, meluas bahkan meruncing menjadi konflik. Tips dalam media digital, antara lain menjaga etika dalam berkomunikasi, hindari penyebaran SARA, hargai hasil karya orang lain, kroscek kebenaran berita, serta saring sebelum berbagi informasi. Budaya dalam dunia digital sangatlah beragam, arus teknologi dan informasi tidak dapat di bendung. Generasi berencana mampu menyikapi keberagaman budaya terutama pada ruang digital dengan menggunakan secara positif dengan tujuan menjadi generasi yang sehat cerdas ceria.

Narasumber terakhir pada sesi ETIKA DIGITAL, oleh ENDANG GUSMINA, S.SOS (Guru SMK BHK Jembatan 2 Kaur). Endang mengangkat tema “ETIKA BERJEJARING: JARIMU HARIMAUMU”. Endang menjelaskan media sosial merupakan media online yang memberikan kemudahan bagi orang untuk berpartisipasi, berbagi dan membuat hal-hal seperti blog, forum, dan dunia maya. Media sosial juga biasanya digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan ketidakpuasan terhadap penggunanya, namun seringkali mereka mengabaikan etika dalam media sosial, sehingga menjadi bumerang dengan mengunggah sesuatu untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum membagikan unggahan di media sosial. Pertama-tama masyarakat harus berhati-hati saat mengunggah konten. Masyarakat harus memahami konten yang akan diunggah agar tidak menyinggung orang lain atau hal-hal yang berkaitan dengan ras, agama, suku, dan keyakinan ras.

Etika komunikasi digital, antara lain penggunaan bahasa yang sopan, mengendalikan emosi, menggunakan tulisan dan bahasa yang jelas, menghargai privasi orang lain, dan tidak memancing perselisihan. Tips mengenali dan menyikapi konten, meliputi jangan pernah mengunggah status dengan kata-kata kasar, jangan mudah terprovokasi dengan judul berita , bersikap kritis terhadap apapun yang didapat, utamakan logika, lakukan konfirmasi, dan saring sebelum membagikan.

Webianar diakhiri, oleh NANIA YUSUF (Musisi, 3rd Winner Indonesian Idol 2004, dan Influencer dengan Followers 32,6 Ribu). Nania menyimpulkan hasil webinar dari tema yang sudah diangkat oleh para narasumber, berupa kemampuan digital yang diburuhkan di era digital, antara lain membuat suatu program, membangun dan mengembangkan web, UI/UX desain, pembuatan aplikasi, copywriting, pemasaran media sosial, serta mampu melakukan suatu pekerjaan dengan mudah dan cepat. Cara menghindari phishing diantaranya, aktifkan 2FA atau dua step autentikasi, tidak memberikan data pribadi, tidak klik link mencurigakan, verifikasi lebih dahulu keamanan situs web, update aplikasi browser web dan aplikasi penting, serta waspadai iklan online.

Budaya dalam dunia digital sangatlah beragam, arus teknologi dan informasi tidak dapat di bending. Generasi berencana mampu menyikapi keberagaman budaya terutama pada ruang digital dengan menggunakan secara positif dengan tujuan menjadi generasi yang sehat cerdas ceria. Etika komunikasi digital, antara lain penggunaan bahasa yang sopan, mengendalikan emosi, menggunakan tulisan dan bahasa yang jelas, menghargai privasi orang lain, dan tidak memancing perselisihan. (rls)

Tags :
Kategori :

Terkait