Gempa NTT, 230 Bangunan Ambruk

Rabu 15-12-2021,12:44 WIB
Reporter : radar
Editor : radar

radarbengkuluonline.comFLORES - Indonesia kembali diterpa bencana. Kemarin (14/12) kawasan Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), diguncang gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo 7,4. Guncangan dirasakan di daerah Ruteng, Labuan Bajo, Larantuka, Maumere, Adonara, dan Lembata dengan intensitas guncangan skala III–IV MMI.

Gempa ini dirasakan banyak orang dalam rumah di siang hari. Gempa juga dirasakan di daerah Tambolaka, Waikabubak, dan Waingapu dengan guncangan intensitas skala III MMI atau setara dengan gerakan truk yang sedang melintas.

Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, gempa terjadi pada pukul 11.20 Wita dengan episentrum terletak pada koordinat 7,59 derajat lintang selatan (LS) dan 122,24 derajat bujur timur (BT). Tepatnya berlokasi di Laut Flores pada jarak 112 kilometer (km) arah barat laut Kota Larantuka, NTT, pada kedalaman pusat gempa 10 km.

Lebih lanjut dikatakan, gempa bumi terjadi akibat adanya aktivitas sesar atau patahan aktif di Laut Flores. ”Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis dangkal,” jelasnya dalam temu media kemarin.

BACALAH: Ini Dia Orang Bengkulu Tersangkut Namanya di Jalan (8) Gempa yang terjadi sempat dinyatakan berpotensi tsunami. BMKG pun memberikan peringatan dini tsunami dengan tingkat ancaman waspada. Artinya, maksimum ketinggian tsunami mencapai setengah meter. Ancaman waspada di Flores Timur bagian utara, Pulau Sikka, Sikka bagian utara, dan Pulau Lembata. ”Hasil monitoring tide gauge atau alat pengukur muka laut menunjukkan adanya kenaikan muka air laut setinggi 7 cm di stasiun tide gauge. Yaitu Stasiun Reo dan Marapokot, Nusa Tenggara Timur,” papar Dwikorita. Peringatan dini diakhiri dua jam setelah kejadian. Sebab, tidak terdeteksi adanya kenaikan permukaan air laut kembali.

Dwikorita mengimbau masyarakat memeriksa bangunan tempat tinggal masing-masing sebelum kembali menempati. Sebab, gempa susulan bisa membahayakan kestabilan bangunan. Masyarakat di wilayah utara pantai di Flores Timur bagian utara, Pulau Sikka, Sikka bagian utara, dan Pulau Lembata direkomendasikan tidak melakukan aktivitas di pesisir pantai dan tepi sungai. Masyarakat tetap diminta waspada bila sewaktu-waktu terjadi guncangan yang kuat dari pantai. ”Atau mengayun cukup lama lebih dari sepuluh hitungan. Mohon juga mencari tempat lebih tinggi. Tak perlu menunggu sirene berbunyi,” ungkapnya.

SILAHKAN BACA: Gusnan Mulyadi: Dana Desa Belum Mampu Mengungkit Kesejahteraan Masyarakat BS Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, pemantauan dampak gempa dilakukan pusat pengendalian operasi (pusdalops). Data sementara, ada satu orang yang mengalami luka-luka akibat gempa itu. ”Orang ini berada di Kabupaten Manggarai. Sudah mendapatkan pertolongan petugas di lapangan,” ucapnya.

Selain itu, BNPB juga menerima laporan adanya kerusakan gedung sekolah di wilayah Kabupaten Selayar. Sampai saat ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Selayar masih melakukan pendataan di lokasi terdampak. BNPB masih terus memantau perkembangan laporan dari sejumlah titik.

Hingga pukul 20.00 WIB tadi malam, tercatat ada 230 rumah di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan, yang rusak akibat guncangan gempa. Kemudian juga ada satu sekolah, dua bangunan tempat ibadah, serta satu rumah jabatan kepala desa yang ikut rusak. Di antara kerusakannya adalah pagar beton roboh. Kemudian atap rumah roboh. Selain itu, ada beberapa dinding bangunan rumah warga yang roboh.

BACA JUGA: Masyarakat Pertanyakan KIP, Ini Kata Kadis Dikbud Kota Merespons bencana bertubi-tubi itu, Ketua DPR Puan Maharani mengharapkan mitigasi bencana diperkuat. Salah satunya dengan memastikan alat pendeteksi bencana berfungsi dengan optimal. ”Jangan sampai ada alat deteksi yang rusak karena dimakan usia dan cuaca,” tuturnya kemarin.

Politikus PDIP itu juga mendorong pemerintah memastikan ketersediaan cadangan APBN untuk menghadapi bencana di berbagai daerah yang rawan. APBN tersebut difokuskan untuk mitigasi agar mengurangi dampak bencana yang ditimbulkan. Dengan demikian, secara tidak langsung penggunaan anggaran akan jauh lebih efisien karena tidak membengkak untuk penanggulangan pascabencana.

Mitigasi, lanjut Puan, juga dapat digunakan untuk perencanaan pembangunan dan sosialisasi ke masyarakat. Dia mengingatkan pula agar masyarakat tidak perlu panik, tetapi tetap harus meningkatkan kewaspadaan.(JP)

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler

Terkini