
“Mas Anies pernah di pemerintahan Pak Jokowi lalu kemudian diberhentikan sebagai menteri lalu kemudian maju sebagai gubernur dan terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta,” ucapnya.
“Jadi kalau bicara posisi sebagai oposisi di luar pemerintahan itu, sebetulnya sikapnya saja atau positioning nya oposisi terhadap Pak Jokowi,” sambungnya.
Serangan terhadap Prabowo tidak hanya datang dari Anies, melainkan juga dari capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dalam debat perdana yang digelar oleh KPU.
Dijelaskan Qodari, serangan dari kompetitor Prabowo itu wajar, pasalnya elektabilitasnya jauh unggul dibandingkan dua penyerangnya.
“Wajar ya sebetulnya Pak Prabowo itu dikeroyok karena memang tanpa disadari lawan-lawannya melihat Pak Prabowo itu sebagai calon kuat makanya dikeroyok. Mas Anies menyerang wajar karena di luar soal ketertinggalan dia adalah slogan perubahan, perubahan itu pasti menyerang keberlanjutan,” paparnya.
“Nah yang menarik kan Mas Ganjar dia mengambil posisi menyerang juga walaupun di sisi yang lain dari beberapa pernyataannya sering mengidentikkan atau diidentikkan dengan pak Jokowi dan Pak Jokowi diasosiasikan dengan Pak Prabowo pada hari ini,” imbuhnya.
BACA JUGA:Prabowo Jadi Presiden, Program Makan Siang Gratis, KIS Hingga PKH Jadi Prioritas
Lebih jauh Qodari menyampaikan, serangan Ganjar terhadap Prabowo dan tidak lagi menyerang Presiden Jokowi sebagai strategi untuk mengejar elektabilitas yang trennya menurun.
“Jadi itu bagian dari strategi juga lah bagaimana Mas Ganjar sekarang ini mengatur langkah tidak menyerang Jokowi tapi menyerang Prabowo dan tujuannya sama untuk mengejar ketertinggalan elektabilitas,” katanya.