Yakni di Padang Jati, Pulau Baai, Pondok Kelapa dan Talang Empat. Rumah ngaji tersebut merupakan tempat para mualaf yang sedang dibinanya saat ini sekitar 118 untuk meningkatkan ketaqwaanya .
"Jadi, yayasan mualaf selama berdirinya dua tahun lebih Alhamdulillah kita telah membangun sebanyak empat rumah belajar ngaji khusus untuk mualaf yang berada di wilayah Provinsi Bengkulu ini. Dan terakhir perlu kami beritahukan bahwa yayasan ini adalah salah satunya yayasan atau satu-satunya yayasan yang membina mualaf khusus yang ada di wilayah Provinsi Bengkulu."
Sementara itu Sefti Kennora, seorang perempuan kelahiran Enggano pada tanggal 22 September 2001, telah menempuh perjalanan yang menginspirasi sejak kuliah di Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) tahun 2019 hingga 2023.
Meskipun bukan seorang muslim, Sefti selalu memilih untuk mengenakan hijab saat berada di kampus.
Keputusannya untuk mengenakan hijab tidak hanya sekadar gaya atau kebiasaan, tetapi lebih kepada kenyamanan dan ketenangan hati yang dia rasakan saat memakainya.
Dari situlah Sefti mulai mengenal Islam dari lingkungan kampusnya dan semakin merasa terpanggil untuk mengenal lebih dalam agama Islam.
Pada Minggu, 28 April 2024, Sefti akhirnya memutuskan untuk memeluk agama Islam.
Hal ini menjadi titik balik penting dalam perjalanannya, yang dimulai dari kenyamanan dan ketertarikan terhadap ajaran Islam yang dia temui di lingkungan UMB Bengkulu.
Proses perjalanan Sefti menuju Islam bukanlah sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba.
Sejak lama, Sefti telah mengenal Islam dan merasakan kedamaian hati dalam lingkungan yang dipenuhi dengan nilai-nilai agama ini di kampusnya.
"Awalnya saya nyaman saat menggunakan hijab saat kuliah di UMB, dan saya hanya mengenal Islam melalui teman-teman di kampus. Tapi seiring waktu, ketertarikan saya semakin mendalam," ungkap Sefti kepada RADAR BENGKULU.
Sefti menegaskan, keputusannya untuk memeluk agama Islam adalah pilihan yang diambil secara sungguh-sungguh dan murni dari hatinya sendiri.
Meskipun ada penolakan dari pihak keluarga, terutama orang tuanya, Sefti tetap teguh pada pilihannya.
"Mungkin ini adalah hidayah bagi saya. Saya ingin memeluk Islam karena keyakinan dari dalam hati saya sendiri," ujarnya dengan haru.
Dalam prosesnya, Sefti tidak merasa terpaksa atau tertekan oleh siapapun. Keputusannya untuk memeluk Islam adalah hasil dari pencarian dan pertimbangan yang matang.