Pentingnya Memiliki Keturunan Yang Shalih

Senin 17-06-2024,22:56 WIB
Reporter : Adam
Editor : Azmaliar Zaros

Kita tidak berbicara dalam kesempatan ini, soal nikmat makanan dan minuman. Iya, nikmat makanan dan minuman sangat banyak sekali. Dan manusia sering kali jungkir balik mengejar nikmat ini. Tapi kita ingatkan, bahwa nikmat makanan dan minuman itu ternyata sedikit dan sangat singkat. 

Nikmat makanan dan minuman itu cepat sirna. Rasa manis, itu terasa ketika masih di lidah, ketika turun sudah tidak terasa lagi. 

 

Orang yang harta bendanya banyak, kalau sudah tua secara fisik tidak bisa lagi menikmatinya, karena sudah habis waktu dan tenaga. Itulah nikmat-nikmat yang bersifat bersifat materi, yang cenderung manusia mengejarnya, tetapi sebenarnya sedikit yang akan bisa dinikmati. Sedikit yang akan bisa memberikan kebahagiaan. Bahkan tidak sedikit pula yang dengan harta benda, makanan dan minuman itu, termasuk jabatan ujungnya justru sengsara dan tidak bisa bahagia. Bahkan sekadar tidur pun tambah susah. 

 

Nah, di sinilah ada nikmat yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim, nikmat yang sangat besar, nikmat yang sangat panjang untuk memberikan kebahagiaan. Tentu iya Nabi Ibrahim mengajarkan ada nikmat Iman, nikmat Islam, nikmat ibadah kepada Allah subhanahu wa taala. Tapi di samping itu, ada nikmat yang sangat membahagiakan itulah nikmat zurriyatan sholihah, nikmat punya anak keturunan yang sholeh-sholehah.

 

Nabi Ibrahim pernah mengalami kegalauan, mengalami kesusahan, meski keimanan sudah didapat dan harta benda juga sudah mulai didapat. Setelah beliau keluar dari Babilonia keluar dari Namrud dan Namrud dibinasakan. Beliau ke Mesir ke Palestina, tapi sayang tidak kunjung punya keturunan. Nabi Ibrahim susah dan gelisah tidak kunjung ada keturunan.

Nabi Ibrahim tidak putus asa. Beliau tetap berdoa kepada Allah. Rabbi habli minasshaalihin. Hingga akhirnya Allah subhanahu wa taala mengabulkan doanya dan memberikan keturunan kepada nabi Ibrahim, yaitu Ismail.

 Tapi Allah ingin segera mengingatkan, bahwa anak ini ujungnya juga tidak akan berguna. Bahkan menyusahkan kalau tidak Sholeh. Kalau anak ini tidak baik, kalau anak ini tidak mewarisi keimanan dan ketakwaan dan perjuangan orang tuanya.

 

Maka Allah subhanahu wa taala memerintahkan agar anak ini dibawa ke tempat yang jauh, tapi aman untuk keimanannya. Aman untuk pendidikannya. Karena ini nanti yang membahagiakan.

 

Anak itu membahagian orang tua, bukan karena hartanya, anak itu membahagiakan orang tua bukan sekedar karena anak itu dekat dengan orang tua. Bukan! Bukan karena itu. Tapi anak itu membahagiakan orang tua, ketika anak ini melanjutkan kesholehan, melanjutkan ibadah, perjuangan dan tidak putus batin dengan orangtuanya. 

Karena itu Allah perintahkan dibawa ke tempat yang sangat jauh dan tandus. Nabi Ibrahim secara manusiawi gelisah juga meninggalkan anak di tempat itu, tapi Nabi Ibrahim percaya sehingga Nabi Ibrahim berdoa.

 

Kategori :