Ya Allah jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari menyembah berhala. Masyaallah. Anak turun selalu disebut. Selalu dikaitkan. Agar diselamatkan oleh Allah subhanahu wa taala. Termasuk juga tentang shalat, Nabi Ibrahim berdoa:
رَبِّ ٱجْعَلْنِى مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِى
Ya Allah, kata Nabi Ibrahim, jadikanlah aku termasuk orang yang mendirikan sholat dan juga anak keturunanku. Jadi, selalu mendoakan anak keturunannya.
رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ
Ya Allah Terimalah doa ini.
Itulah, bapak-bapak dan saudara-saudara sekalian, di hari-hari ini patut kita tengok anak keturunan kita. Mari kita tengok anak kita, sedang di mana mereka? Sudah kita didik apa mreka? Mari kita lihat cucu-cucu kita, kita persiapkan keimanannya.
Karena kita harus segera menyadari pada akhirnya, tidak ada gunanya harta benda. Kita tidak bisa lagi nanti menikmati manis. Tidak bisa lagi menikmati naik mobil. Tidak bisa lagi menikmati naik pesawat. Tidak bisa lagi menikmati punya rumah bagus. Pada akhirnya ketika sudah tua, apalagi syakarat, bahkan apalagi di alam kubur.
Di alam kubur jangan sekali-kali mengharapkan anak nanti membangun kuburan kita. Karena, itu tidak ada gunanya. Jangan berharap anak kita harus datang ke situ malam Jumat atau malam Sabtu dengan membawa minuman teh atau kopi, tidak ada gunanya! Tidak terlalu penting anak datang ke kuburan. Karena hubungannya bukan fisik lagi.
Yang penting adalah waladin sholihin anak yang sholeh, yang dia itu mendoakan. Tidak begitu banyak gunanya anak datang. Yang perlu datang, yang berguna datang untuk orang tua, apalagi sudah di alam kubur itu adalah keshalihan dan doa.
Dan kalau kita tidak punya anak keturunaan yang sholeh, maka di situlah kering kita di alam kubur. Tidak ada doa yang mengalir. Di mana ini doa anakku, keturunanku, tidak ada. Kenapa? Karena anak hanya foya-foya di dunia. Anak hanya dangdutan. Anak hanya kumpul-kumpul di pinggir-pinggir jalan, main game. Tidak di masjid! Anak tidak bisa membaca Al Qur’an.