Sidang Jumat rahimakumullah
Istimewanya seorang hamba memang tidak beramal karena apa pun kecuali karena Allah semata dan memperoleh rida-Nya. Namun, sedikit sekali hamba yang mampu mencapai tingkatan ini. Maka dari itu, para ulama hakikat memperbolehkan seorang hamba sebelum mencapai tingkatan ikhlas seperti di atas, beramal dengan mengharap pahala yang dijanjikan-Nya.
Banyak ayat dan hadits yang menunjukkan bentuk dan tingkatan balasan amal seorang hamba. Rasulullah SAW sendiri dalam salah satu haditsnya menyebutkan tingkatan-tingkatan tersebut. Antara lain dalam hadits yang diriwayatkeun oleh ath-Thabrani dalam kitab al-Mu’jam al-Ausath, jilid II, halaman 1007:
الْأَعْمَالُ خَمْسَةٌ: فَعَمَلٌ بِمِثْلِهِ، وَعَمَلٌ مُوجِبٌ وَعَمَلٌ بِعَشْرَةٍ، وَعَمَلٌ بِسُبْعُ مِائَةٍ وَعَمَلٌ لَا يَعْلَمُ ثَوَابَ عَامِلِهِ إِلَّا اللَّهُ
Artinya, “Amal-amalan itu ada lima (tingkatan). Ada amal yang dibalas dengan semisalnya. Ada amal yang mewajibkan. Ada amal yang dibalas sepuluh kali lipat. Ada amal yang dibalas tujuh ratus kali lipat. Dan ada amal yang tidak ada yang mengetahui pahala yang berhak diterima pelakunya kecuali Allah.”
Pertama, amal yang dibalas dengan semisalnya adalah niat seorang hamba untuk beramal baik, hanya saja karena hal di luar kemampuannya amal itu gagal terlaksana. Itulah kemurahan Allah yang mencatat kebaikan hamba walaupun baru niatnya saja. Tak salah jika Rasululllah SAW menyabdakan, “Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya.” Sebab, dengan niat baiknya, cahaya sudah terpancar dalam hatinya.
Berikutnya, amal yang dibalas satu kali lipat adalah amal buruk seorang hamba. Itu pun tidak buru-buru dicatat, tetapi ditunggu terlebih dahulu hingga enam jam, barangkali hamba yang melakukannya memohon ampunan. Demikian seperti yang diungkapkan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya.
صَاحِبُ الْيَمِينِ أَمِينٌ عَلَى صَاحِبِ الشِّمَالِ، فَإِذَا عَمِلَ حَسَنَةً أَثْبَتَهَا، وَإِذَا عَمِلَ سَيِّئَةً قَالَ لَهُ صَاحِبُ الْيَمِينِ: امْكُثْ سِتَّ سَاعَاتٍ، فَإِنِ اسْتَغْفَرَ لَمْ يَكْتُبْ عَلَيْهِ، وَإِلَّا أَثْبَتَ عَلَيْهِ سَيِّئَةً
Artinya, “Malaikat amal sebelah kanan adalah kepercayaan (pemimpin) malaikat amal sebelah kiri. Jika seorang hamba berbuat kebaikan, maka ia langsung mencatatnya. Namun, jika si hamba berbuat keburukan, maka ia berkata kepada malaikat sebelah kiri, ‘Tunggulah hingga enam jam. Jika hamba itu istighfar, maka amal buruknya itu jangan dituliskan. Tapi jika ia tidak bertaubat, maka tulislah satu keburukan saja.”’ (HR. ath-Thabrani).