Kisah Nabi Musa AS juga mencerminkan sikap syukur yang tinggi. Setelah Allah menyelamatkan Bani Israil dari penindasan Fir’aun, Nabi Musa mengajak kaumnya untuk bersyukur kepada Allah.
Dalam Surah Al-Ma'idah, Allah berfirman, "Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, 'Ingatlah nikmat Allah atas kalian ketika Dia menyelamatkan kalian dari tangan Fir'aun'" (QS. Al-Ma'idah: 20).
Sikap syukur Nabi Musa ini menunjukkan pentingnya mengingat dan menghargai setiap nikmat yang diberikan oleh Allah.Kisah Nabi Daud AS juga merupakan contoh nyata dari sikap syukur.
Kisah Nabi Daud AS yang dikenal memiliki suara yang merdu dan sering memuji Allah dalam setiap kesempatan.
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, "Bersyukurlah kepada Allah atas nikmat-Nya yang telah diberikan kepada kalian" (QS. Al-Ankabut: 46). Nabi Daud menunjukkan bahwa syukur dapat diekspresikan melalui pujian dan ibadah yang tulus kepada Allah.
Kisah Nabi Ayub AS yang tetap bersyukur kepada Allah meskipun mengalami ujian yang sangat berat yakni sakit yang berkepanjangan.
Ketekunan dan sikap syukurnya menjadi pelajaran berharga bagi umat manusia bahwa dalam setiap kesulitan, selalu ada hikmah yang dapat diambil. Sikap syukur Nabi Ayub menunjukkan bahwa syukur bukan hanya saat menerima nikmat, tetapi juga saat menghadapi cobaan.
Kisah-kisah ini tidak hanya menjadi teladan bagi umat Islam, tetapi juga mengajarkan kita bahwa syukur haruslah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam setiap cobaan dan nikmat, kita diajarkan untuk bersyukur dan mengingat Allah sebagai sumber segala kebaikan.
Hadirin Ma’asiral Muslimin Jamaah Jumat Rakhimakumullah
Syukur dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Antara lain syukur lisan, syukur hati, dan syukur tindakan. Syukur lisan adalah ungkapan rasa terima kasih yang diucapkan dengan kata-kata. Ini bisa berupa doa, pujian, atau ucapan terima kasih kepada Allah dan orang-orang di sekitar kita.
Dalam konteks ini, penting untuk mengingat bahwa ungkapan syukur haruslah tulus dan tidak sekadar formalitas.