Dalam kehidupan kita di dunia ini contoh-contoh di atas seringkali diibaratkan dengan berbagai jenis binatang. Bahkan kalau manusia tidak mengetahui posisinya sebagai makhluk yang memiliki aturan dalam hal ini petunjuk-petunjuk agama bisa saja menempati posisi lebih rendah dari binatang bahkan lebih sesat dari binatang.
Jelas ada manusia yang berbudaya semut, yaitu suka menghimpun dan menumpuk materi atau harta (tanpa disesuaikan dengan kebutuhan.
Menumpuk-numpuk harta tanpa ada pemanfaatan dalam agama (dalam bentuk zakat dan sadaqah) tidak sedikit problem masyarakat bersumber dari budaya tersebut.
Pemborosan adalah termasuk budaya tersebut di atas yaitu hadirnya berbagi benda baru yang tidak dibutuhkan dan tersingkirnya benda-benda lama yang masih cukup bagus untuk dipandang dan bermanfaat untuk digunakan. Dapat dipastikan bahwa dalam masyarakat kita, banyak semut-semut yang berkeliaran.
Di dalam Al-Qur’an dijelaskan tentang sekelompok manusia yang akan tersiksa di akhirat. Karena mereka bekerja keras tanpa mempertimbangkan akibat buruknya: Sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas diberi minum (dengan air) dari sumer yang sangat panas.”
Menurut riwayat ayat di atas menunjuk kepada sekelompok manusia yang dalam kehidupan dunia melakukan kegiatan yang menjadikan badan mereka letih dan capek, tetapi kegiatan mereka tidak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Yaitu yang bersangkutan lengah dari kewajiban keagamaannya.
Mereka menjadi budak harta, tergila-gila dengannya, sehingga melupakan segala sesuatu, sehingga di akhirat mereka masuk ke dalam neraka.
Entah berapa banyak jumlah laba-laba yang ada disekitar kita, yaitu mereka yang tidak lagi butuh berpikir apa, di mana, dan kapan ia makan.
Tetapi yang mereka pikirkan adalah siapa yang mereka jadikan mangsa, siapa lagi yang akan ditipu, dan bagimana cara mengambil hak orang.
Hadirin Sidang Jumat