Merawat Hati, Menggapai Ridha Ilahi

Jumat 20-12-2024,00:30 WIB
Reporter : Adam
Editor : Azmaliar Zaros

 

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Dari hadits ini, jelas bahwa niat menjadi dasar sah atau tidaknya suatu amal. Jika niat yang tumbuh dalam hati adalah karena Allah, maka amal tersebut akan bernilai ibadah. Sebaliknya, jika niatnya tercampur dengan riya’ atau untuk kepentingan dunia, maka amal tersebut kehilangan keberkahannya.

 

3. Hati sebagai Cerminan Amal Perbuatan

Hati yang bersih akan melahirkan perbuatan baik, sedangkan hati yang kotor akan mendorong seseorang kepada maksiat dan kezoliman. Rasulullah saw., bersabda:

 

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

 

“Ketahuilah, di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuh. Tetapi, bila segumpal daging itu rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuh. Segumpal daging itu bernama qolbu” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Amal perbuatan manusia sejatinya adalah refleksi dari kondisi hati. Jika hati dipenuhi keikhlasan, kasih sayang, dan iman, maka akan melahirkan perilaku suka menolong, berkata jujur, dan ringan dalam melakukan ibadah. Sebaliknya, hati yang dipenuhi dgn iri, dengki, dan kesombongan, akan mendorong seseorang pada perbuatan dosa.

 

4.Hati sebagai Sasaran Utama Setan dalam  menggoda manusia

Kategori :