Pada awal infeksi, sapi akan menunjukkan demam tinggi yang mencapai 40–42°C dan berlangsung selama beberapa hari, disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening. Terutama di daerah bahu, depan lutut, dan sekitar telinga.
Kondisi ini sering diikuti oleh keluarnya air liur berlebihan serta lendir dari hidung, yang menandakan adanya reaksi tubuh terhadap infeksi virus.Tidak jarang pula ditemui gejala diare yang bercampur darah serta bercak-bercak merah pada kulit, yang sering dikenal sebagai keringat darah.
BACA JUGA:Jaga Ketahanan Pangan, Sekda Seluma Ajak Masyarakat Memanfaatkan Lahan Pekarangan
BACA JUGA:Sekda Seluma Serahkan SK Komunitas Masyarakat Adat Serawai kepada Ketua Aliansi AMAN
Gejala erosi pada selaput lendir mulut dan bagian bawah lidah juga menjadi ciri khas dari penyakit ini.Selain gejala fisik yang mencolok, dampak penyakit Jembrana terhadap ternak bisa sangat fatal
Sapi yang terinfeksi dalam beberapa kasus dapat meninggal mendadak tanpa peringatan yang jelas, bahkan pada hewan yang sebelumnya tampak sehat.
BACA JUGA:Ini Hasilnya Saat Wabup Seluma Sidak PT SSL
BACA JUGA:Sekda Ajak Masyarakat Seluma Teladani Nabi Muhammad SAW
Penyakit ini juga berisiko menyebabkan keguguran pada sapi bunting, sehingga berdampak langsung pada produktivitas peternakan. Ada banyak faktor penyebab munculnya penyakit jembrana di Kabupaten Seluma.
Diantaranya yakni adanya riwayat jual beli sapi dari daerah yang tengah ada wabah jembrana.Selain itu, adanya pola pemeliharaan semiintensif, sehingga para sapi bertemu lokasi di angonan, tanpa disadari sapi yang sudah terpapar penyakit dapat menularkannya ke sapi lainnya.Atas hal ini, Distan Seluma mengimbau agar para peternak untuk selalu hati- hati dalam membeli sapi bali, karena penyakit jembrana masih ada.