Bagi Bengkulu, keberadaan Pelabuhan Pulau Baai bukan sekadar infrastruktur, melainkan urat nadi perdagangan. Hampir semua komoditas ekspor, mulai dari batubara, CPO, hingga hasil pertanian, ditumpukan pada pelabuhan ini.
Jika alur pelabuhan dangkal, kapal besar otomatis enggan bersandar. Akibatnya, biaya logistik melonjak karena harus menggunakan kapal berukuran lebih kecil atau melakukan bongkar muat berlapis. “Ini menyangkut kemaslahatan masyarakat Bengkulu. Kalau pelabuhan tidak optimal, ekonomi daerah ikut terhambat,” kata Edi dengan nada tegas.
BACA JUGA:Guru Honorer di Provinsi Bengkulu Dapat Angin Segar, Insentif akan Naik Mulai 2026
INSA menilai, proyek pengerukan ini tak boleh lagi dijalankan setengah hati. Apalagi sudah ada Instruksi Presiden (Inpres) yang memerintahkan percepatan. Edi meminta Pelindo selaku pemilik tanggung jawab agar benar-benar serius dalam menuntaskan pekerjaan.
“Kami mendorong agar segera dilakukan dengan baik. Jangan sampai masyarakat Bengkulu hanya dapat janji, tapi kapal-kapal tetap sulit masuk. Kalau begini terus, apa gunanya proyek dikeruk,” ujarnya.